Kembalikan Tanker Pertamina Bernamakan Sumur Minyak
Oleh Muchwardi Muchtar
Peserta rapat (Rabu, 16-9-2009) kaget, karena salah seorang anggota "tim pembangunan kapal baru"  (TPKB) menyampaikan kepada Pimpinan Rapat, bahwa mantan Pimpinan Redaksi majalah KEMUDI Perkapalan Pertamina dalam statemennya via e-mail kepada "anggota TPKB" tersebut, menyatakan bahwa kapal tanker yang bulan depan akan "diguntingpitakan pemberian namanya" di galangan Tsuneishi-Jepang, perlu diganti. Nama Gunung Geulis  yang diberikan kepada tanker baru milik Pertamina ini tidak mengikuti "pakem nama kapal" yang selama ini ada di Pertamina.
Suasana rapat riuh. Para pakar bangunan kapal di fungsi Kordinator Pembangunan Kapalbaru (KPK) Pertamina, menolak usulan mantan Pimred KEMUDI via e-mail tersebut. "Tidak sesederhana itu untuk mengubah nama sebuah tanker yang jauh-jauh hari (6 bulan sebelumnya) sudah mendaftarkan TBN sebuah kapal".
***
Semenjak perusahaan minyak nasional yang bernama Pertamina berdiri, setiap memberi nama kapal tanker ---para founding father Pertamina--- selalu mengambil nama-nama sumur atau ladang minyak yang pernah ada di Indonesia. Meski konvensi ini tidak ada Surat Keputusan Dirutnya, namun pemegang kebijakan di Bidang Perkapalan ---yang tadinya bernama Direktorat Perkapalan, Kebandaran dan Komunikasi Pertamina (Dit. PKK Pertamina, 1975-2000)--- selalu taat mengikuti ketentuan tersebut.
Belum pernah dalam sejarah Pertamina (semenjak pertama kali memiliki tanker sendiri 8 Agustus 1959) nama kapal diberi "seenak dewek" mereka yang ditugaskan untuk negosasi atau merancang bangun tankernya. Hebohnya menjelang peluncuran kapal baru bernama MT. Gunung Geulis alias MT. Pertamina 8004 (107.538 DWT) di atas, adalah karena adanya nama kapal yang asing bagi kuping orang Pertamina yang paham sejarah. Dan sebentuk oto kritik diberikan oleh seorang pekerja Pertamina yang beberapa tahun diberikan ekstra job selaku Pimpinan Redaksi media informasi dan komunikasi Perkapalan Pertamina yang bernama Majalah KEMUDI.
 Terjadinya kekhilafan pemberian nama tanker baru Pertamina (dengan mengacu kepada sistership MT. Geudondong / Pertamina 8001, MT. Gebang / Pertamina 8002  dan MT. Gunung Kemala / MT. Pertamina 8003) mungkin karena pekerja yang terlibat dalam proses pembuatan tanker milik Pertamina tidak tahu kenapa setiap tanker milik yang dibangun mesti diberi nama sumur/ ladang minyak di Indonesia. Atau bisa jadi insinyur-insinyur muda yang (mulai) pegang kendali di Bidang Perkapalan Pertamina (2009), terlupa diberitahu seniornya yang sudah pada pensiun, bahwa ada konvensi ---semenjak zaman Ibnu Sutowo 1968-1976--- dalam memberikan nama tanker milik Pertamina harus mengacu pada nama-nama ladang minyak Indonesia.
Filosofi dibalik pemberian nama kapal tanker milik Pertamina harus memakai nama-nama ladang minyak di Indonesia adalah menyangkut keabadian. Dalam pepatah lama dikatakan, "tak kenal maka tak sayang". Lagi pula jika tidak Pertamina sendiri yang mempoplerkan nama-nama ladang minyak di Indonesia (baik yang masih berproduksi maupun hanya tinggal nama) siapa lagi? Dan, yang lebih penting lagi dibalik "arahan" founding father Pertamina (Ibnu Sutowo) tersebut, memberikan nama-nama ladang minyak buat  tanker Pertamina akan menimbulkan sinerji solid lintas direktorat di Pertamina. Hasil kerja "pertamina hulu" dalam menemukan ladang minyak diabadikan namanya oleh "pertamina hilir" di lambung atau di atas kabin tanker-tanker Indonesia yang melanglang buana lintas samudra, betapa indahnya. Efek jangka panjangnya, tentu nama-nama ladang minyak tersebut akan bisa dikenang oleh generasi penerus.
***
Dengan alasan nama Gunung Geulis sudah terdaftar di galangan  Tsuneishi-Jepang, dan sudah ada nomor registrasi IMO-nya, maka terjadilah sebuah "penyimpangan dari konvensi" yang tampaknya berlanjut hingga hari ini. Padahal kalau saja para "generasi penerus" di Pertamina Shipping (2009) tersebut tahu, bahwa  Geudondong adalah nama ladang minyak di Aceh, Gebang adalah nama ladang minyak di Cirebon, dan Gunung Kemala adalah nama ladang minyak di Prabumulih, tentu tidak akan ada yang memberikan nama hotel (Hotel Gunung Geulis, Bogor) tempat mereka biasa konsinyering menyiapkan "proposal kapal baru" untuk tanker MT. Pertamina 8004 tersebut.
Jika pepatah lama mengatakan "kesalahan berulang kali bila tidak ada yang memperbaiki akan menjadi abadi" tampaknya memang terbukti, dan (akan) menjadi biasa di Pertamina Shipping. Dengan lolosnya nama sebuah gunung di Jawa Barat menjadi nama kapal tanker milik Pertamina (2009), maka nama-nama gunung di Indonesia ---yang tidak sebarel pun menghasilkan minyak--- bermunculan di haluan tanker Pertamina paska MT. Gunung Geulis.
Mari kita simak nama kapal tanker Pertamina mutakhir yang pasti bukan diambil dari nama ladang minyak di Indonesia, antara lain : MT Panderman (gunung di Jatim), MT Papandayan (gunung di Jabar): MT Galunggung (gunung di Jabar), MT Gede (gunung di Jabar), MT Gamalama (gunung di Malut), MT Gamsunoro (gunung di Malut), MT Gamkonora (gunung di Malut), MT Gunung Geulis : (gunung di Jabar), MT Serui : (gunung di Papua), MT Sanggau (gunung di Kalbar).
Meski kondisi Pertamina hari ini sangat jauh berbeda dengan Pertamina di tahun 70-an, namun untuk tetap menerapkan kredo "Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah" (Jasmerah) ---pidato presiden Sukarno 17 Agustus 1966--- tak ada jeleknya untuk  diberlakukan. Memang William Shakespeare pernah mengatakan what is in name ("apalah arti sebuah nama?"). Namun dalam Sejarah Perkapalan Pertamina semenjak didirikan fungsi yang bernama Divisi Perkapalan (1959), kemudian meningkat menjadi Direktorat Perkapalan & Telekomunikasi (Dit. P&T, 1975), kemudian disempurnakan lagi jadi Direktorat Perkapalan, Kebandaran & Komunikasi (Dit. PKK, 1990), menyangkut pemberian nama adalah sesuatu hal yang sakral, dan perlu...!
Direktorat Eksploitasi  & Produksi (EP) Pertamina yang bertugas mencari minyak bumi, selalu memberikan nama kepada ladang  atau sumur minyak yang mereka temui. Umumnya nama itu diambil dari nama desa setempat, atau dimintakan namanya kepada "tetua kampung" sekitar ladang minyak tersebut ditemukan. Sekarang ladang minyak tersebut banyak yang tidak mengeluarkan minyak mentah, namun "direktorat hulu" di Pertamina yang bertugas mencari minyak bumi di hutan belantara, padang tandus atau lepas pantai, mempatrikan nama-nama sumur & ladang minyak tersebut dalam "Buku Sejarah EP".
Demi eksisnya nama-nama sumur minyak di Tanah Air, kiranya pesan founding father Pertamina kepada Pertamina Shipping untuk Jasmerah (JAngan Sampai MElupakan sejaRAH) dalam memberikan nama-nama tanker milik, agar selalu dibuktikan. Masih belum terlambat untuk mengubah TBN tanker-tanker yang tengah dibangun di galangan saat ini dengan memakai nama-nama ladang minyak*) di Indonesia..!
Bekasi Jaya, 9 Desember 2024
.
*)NAMA-NAMA TANKER PERTAMINA YANG MEMAKAI NAMA LADANG MINYAK DI INDONESIA, YANG KAPALNYA SUDAH LAMA JADI BESI TUA :
- Tanker milik Pertamina bertambah dengan adanya hibah kapal (sebagai pampasan perang, 1968) dari Jepang, tanker tipe general purpose (GP) : 15.000-17.500 DWT bernama MT. Utin / Permina 1001, MT. Uriko / Permina 1002, MT. Utako / Permina 1003, MT. Umeko / Permina 1004, MT. Utae/ Permina 1005, MT. Utsuko / Permina 1006.
- Awal tahun 70-an, dibangun tanker baru tahap pertama tipe GP Â dengan nama seluruhnya memakai nama ladang minyak yang pernah ada di Indonesia. Antara lain : MT. Juluk Rayeu / P.1007, Â MT. Bongas / P.1008, MT. Bunyu / P.1009, MT. Rantau / P.1010, MT. Prabumulih / P.1011, MT. Tanjung / P.1012, MT. Prabumulih / P.1013, MT. Tarakan / P.1014, MT. Sangatta/ P.1015, MT. Klamono /P. 1016, MT. Nibung / P. 1017, MT. Pagardewa / P. 1018.
- Awal tahun 80-an ---guna melengkapi kebutuhan terhadap tanker tipe GP "shalow draft" agar bisa masuk sungai Musi--- dibangun lagi tanker baru. Jika tanker sebelumnya disebut dengan "tanker tipe seribu lama", maka tanker yang dirancang bisa untuk loading BBM dari dermaga Kilang Minyak (UP-III) Plaju ini disebut "tanker tipe seribu baru". Nama-nama  tanker baru ini juga memakai nama ladang minyak yang pernah ada di Indonesia. Antara lain : MT. Paluh Tabuan / P.1019, MT. Pendopo / P.1020, MT. Pematang / P. 1021, MT. Pungut / P. 1022, MT. Pelita / P. 1023, MT. Pegaden / P. 1024, MT. Palu Sipat / P. 1025.
- Tanker tipe Medium Range (MR) milik Pertamina yang dibangun di tahun 70-an. Semua tanker dengan ukuran 30.000 DWT ini juga memakai nama ladang minyak, antara lain : Â MT. Pangkalansusu / P.3001, MT. Balongan / P.3002, MT. Kuala Bekah / P.3003, MT. Salawati/ P.3004, MT. Cendrawasih/ P. 3005, MT. Sele / P. 3006, MT. Sengeti / P. 3007, MT. Sepinggan / P.3008, MT. Sanga-sanga / 3009, MT. Sindang / P. 3010, MT. Serang Jaya / P. 3011.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI