Yang jelas Pantai Sunur di Pariaman menyangkut keindahan alamnya tidak akan kalah dengan Pantai Sanur di Bali. Bedanya hanya satu saja. Kota Pariaman selaku bagian dari Ranah Minang yang berkredokan Adat Bersandi Syarak, Syarak Bersandi Kitabullah (ABS-SBK), sudah pasti tidak akan membolehkan wisatawan yang berkunjung untuk mandi atau bersilancar ombak di pantai pakai bikini.
2) Jurang Mangu = Ngarai Sianok
Ngarai Sianok di Bukittinggi merupakan sebuah lembah sempit yang dikelilingi oleh bukit-bukit bertebing curam yang dihiasi dengan aliran sungai kecil di tengahnya. Bicara tentang Ngarai Sianok yang sempat dijuluki "grand canyon" Bukittinggi, saya kira tidak perlu lagi diperdebatkan keindahannya. Kontur Lembah Sianok terbentuk karena proses turunnya sebagian lempengan bumi, sehingga menimbulkan patahan berwujud jurang yang curam. Ngarai ini membentang sejauh 15 km dari sisi selatan Nagari Koto Gadang hingga Nagari Sianok Enam Suku, dengan kedalaman tebing mencapai 100 meter dan lebar celah sekitar 200 meter.
Ngarai Sianok, di samping menjadi salah satu tempat tujuan wisata di ranah minang, belakangan  banyak warga Kota Bukittinggi mengisi akhir pekan mereka dengan berolahraga di sekitar ngarai ini. Olahraga yang biasa dilakukan di sini antara lain, tracking, bersepeda gunung, maupun sekedar berjalan-jalan ringan melepas kepenatan.
Jika Anda hanya singgah sejenak di Bukittinggi dan tidak memiliki banyak waktu, tidak perlu khawatir. Anda masih dapat menikmati keindahan panorama Ngarai Sianok yang menghijau dari kejauhan di sebuah tempat bernama Taman Panorama. Di taman yang terletak di Jalan Panorama, Kota Bukittinggi ini, pengunjung dapat bersantai sejenak sambil mengagumi dan mengabadikan pemandangan indah lembah ini. Sambil menikmati suasana, pengunjung juga bisa berbelanja beberapa souvenir khas Bukittinggi di kios-kios di sepanjang jalan setapak taman ini.
Ketika menyebut nama ngarai di Bukittinggi ini saya jadi teringat pada nama tempat yang namanya mirip dengan Ngarai Sianok (jika dibahasa Indonesiakan).
Jurang Mangu adalah nama dua tempat di Pulau Jawa. Satunya nama sebuah tempat (desa) di Pondok Aren, Tangerang, Provinsi Banten, dan satunya lagi desa yang paling kecil di wilayah Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Di awal tahun 2000-an nama Jurangmangu tidak sering terdengar disebut-sebut orang via media massa. Semenjak maju pesatnya industri perkereta-apian di republik ini kata Jurangmangu seakan akrab di kuping para penumpang Kereta Api Jabodetabek, khususnya jalur Kebayoran -- Tangerang.
Stasiun Jurangmangu atau Stasiun Jurang Mangu (JMG) merupakan sebuah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Sawah Lama, Ciputat, Tangerang Selatan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +25 meter ini termasuk ke dalam Daerah Operasi I Jakarta. Meskipun bernama Jurangmangu, stasiun ini tidak berada di atas jurang yang mengerikan kalau kita menengok ke bawahnya. Lokasinya di dataran biasa, Â terletak di sebelah selatan kelurahan Jurangmangu itu sendiri.
Bila kita buka Kamus Bahasa Indonesia edisi elektronik (Pusat Bahasa, 2008) makna dari dua kata yang membentuk nama desa tersebut sungguh menakjubkan bukti kekembarannya.
Dalam bahasa Indonesia JURANG bisa berarti NGARAI, dan kata MANGU, termangu berarti termenung; terdiam (karena sedih, kecewa, bingung, terkejut). Kemudian arti kata ANOK dalam bahasa Minang bila dibahasa Indonesiakan berarti bungkam atau diam. Terdiam = Termangu.