Pokok Pokok Pikiran KH. Fauzan
Sebagai tokoh/ ulama/ kiai yang memiliki wawasan keagamaan dan wawasan kenegaraan sangat luas, KH. Fauzan memiliki berbagai pandangan atau pemikiran yang layak dijadikan bahan inspirasi generasi penerus bangsa dan agama. Pokok Pokok pikitan itu dapat dilihat dari karya kitab yang bera syair atau nadhoman dalam syair maulud nabi, syair isra mi'raj dan  kitab ghaayatul bayan.
Peringatan maulud nabi tidak hanya mengandung makna atau misi ritual keagamaan dalam artian hanya mencari atau menambah pahala, tetapi peringatan maulud nabi menyimpan banyak makna untuk membangun karakter atau ahlaq bagi umat Islam. Syair yang diberi judul Nadaman Maulud itu menjelaskan pentingnya ahlaq bagi umat Islam yang harus diwujudkan melalui peringatan hati lahir Nabi Muhammad Saw.
Syair yang ditulis dalam bahasa Jawa ini berbunyi : " Kang banget penting isi muludan, hiyo iku ahlaq Nabi nggo letadan, ora mung rame ing kono kene, hinggo kelalen maring isine, onjo onjone wong urip iku kang ngerti diri sekabihane". Artinya secara umum kurang lebih " yang paling utama/ penting peringaran maulud nabi muhamamd saw adalah bagaimana mencontoh ahlaq Rasulullah, tidak hanya rame membaca al berjanji dimana mana, sehingga melupakan substansi yang diajarkan Rasulullah, sebaik baik manusia hidup di dunia itu adalah orang yang mengetahui, dan memahami ajaran Islam secara mendalam". ( nadhaman maulud bait 1-3)
Sopan santun menjadi perhatian utama KH. Fauzan, karena sopan santun akan mempererat tali persatuan dan kesatan diantara manusia. Dalam syair atau nadham maulud lainnya di jelaskan " laku lan ngomong kang ngati ngati, kang sopan santun dadi wong surti, kang lembah manah serto gentenan, jo ( ojo) saur manuk banter banteran, po ( opo) maneh ngomong ono kersane, marang wong sepuh bopo ibu gurune, sanajan karo sepodo podo, kudus di toto ojo koyo mendo, sopo dak ngrekso ing kesopanan, mongko ajine persasat kewan, budi pekerti nabi diutus, noto menungso supoyo bagus, lahir lan batin dilatih terus, ojo mung lahir njur koyo tikus, sopo kang ngrusak ing persatuan, namane tego menange lawan, hal persatuan kudus di jogo, yen pengen mulyo hasil suwargo".
Terjemah bebasnya kurang lebih " perilaku dan ucapan harus hati hati, dengan sopan santun manusia menjadi mulya. Manusia harus lemah lembut dan beretika dengan teman, jangan saling hujat tanpa etika. Apa lagi berkomunikasi dengan Tuhan, berkomunikasi dengan otang tua dan para gurunya. Walaupun dengan teman sejawat harus dijaga etika dan tata krama jangan sampai seperti hewan. Siapapun yang tidak memperhatikan etika pergaulan dianggap sebagai hewan piaran. Nabi diutus untuk memperbaiki manusia agar menjadi baik budinya, kualitas lahir dan batin hatus dilatih terus menerus, jangan sampai seperti hewan namanya tikus. Siapapun yang merusak persatuan dan kesatuan itu namanya membiarkan kemenangan lawan/ musuh, persatuan dan kesatuan harus dipertahankan jika ingin  masuk surga di hari kelak kemudian". ( Nadhaman Maulud bait 4-11).
Penulis adalah Dosen IAIN Kudus, Peneliti Pada Tasamuh Indonesia Mengabdi (Time) Jawa Tengah, Ketua Umum IKA PMII Kudus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H