KH. Fauzan merupakan salah satu ulama pantura yang berdomisili di wilayah Kabupaten Jepara Jawa Tengah. Sebagai seorang ulama atau tokoh agama, KH. Fauzan memiliki sifat, karakter dan juga sikap dalam berdakwah dan juga berbangsa dan bernegara.
Apa yang dilakukan KH. Fauzan sangat menarik untuk dijadikan teladan bagi generasi selanjutnya agar apa yang dilakukan dan apa yang menjadi pokok pokok pikiran bisa diketahui dan sekaligus di praktikan Oleh seluruh bangsa Indonesia pada umumnya dan umat Islam khususnya.
KH. Fauzan  Lahir pada tahun 1320H/ 1905 M di dukuh Penggung, Gemiring Lor, Kecamatan Nalumsari Jepara. Dari pasangan Bapak bernama KH. Abdul Rasul bin Kiai Ahmad Sanwasi ( menurut KH. Noor Rachman, putra KH. Fauzan menyebut Sanusi) dan Ibu bernama Nyai Thahirah binti K. Harun bin Kiai Arif.
KH. Fauzan memiliki 15 ( limabelas putra dan Putri) dari empat kali pernihakan. Pernikahan pertama dengan putri mbah K Syakur di Bangsri Jepara tetapintidak dikarunia putra.
Kemudian nikah yang kedua dengan seorang janda usia 30 tahun bernama Ibu Mukarromah binyi Kiai Zain, dikatunia 4 ( empat) putra dan 4 ( empat) putri, salah satunya bernama KH. Noor Rachman yang sekarang tinggal di desa Saripan jl. Imam Bonjol Jepara.Â
Pernikahan ketiga dengan ibu Muimunah, dikarunia 5 ( lima) putra ( semua laki laki) dan pernikahan keempat dikaruniai 2 ( dua) putri. Empat Kali menikah, hanya pernikahan keempat dilakukan dengan seorang gadis yang berusia kira kira 18 tahun. KH. Fauzan wafat pada usia 67 tahun tepatnya pada hari  selasa 6 robiul Tsani 1933/ bertepatan dengan 17 Mei 1972 di makamkan di pemakaman Suromoyo Kedungleper Ampean Bangsri Jepara.
KH. Fauzan dilahirkan dari keluarga yang berlatar belakang taat agama ( santri), nasab ayah dan ibunya dari keturunan orang yang taat beribadah. Jika di tarik keatas, KH Fauzan masih ada hubungan kerabat dengan Kiai Sholeh Darat, seorang ulama besar yang menjadi gurunya pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH. Hasyim Asyari dan pendiri Muhamamdiyah ( KH. Ahmad Dahlan).
Titik temunya antara KH. Fauzan dengan KH. Sholeh Darat pada KH. Umar, dimana KH. Umar adalah orang tua KH. Sholeh Darat dan juga buyutnya KH. Fauzan.
Riwayat Pendidikan
Sebagai keluarga yang taat beragama, pendidikan atau belajarnya KH. Fauzan di awali dari nyantri di pondok pesantren Bale Kambang Kecamatan Nalumsari selama tiga tahun. Dengan keyakinan menuntut ilmu itu wajib. Bagi setiap muslim, maka belajar agama dilanjutkan di pondok pesantren  al Syaikh al Allamah KH. Khalil Rembang bersama KH. Abdur Rasyid bin KH. Zain dan KH. Nur Ali bin KH. Abdul Qadir.
Terasa masih kurang, maka KH. Fauzan melanjtkan belajarnya di Makkah al Mukarromah smbil menghafalkan al qur'an. Sepulangnya dati Makkah, KH. Gauzan belajar ngaji ( nyantri) dipondok pesantren KH. Sholeh Amin Tayu Pati selama 4 ( empat) tahun yaitu tahun 1928- 1932 M.
Pada saat nyantri di pondok pesantren KH. Sholeh Amin, berteman atau satu angkatan dengan KH. Jalil dari Kudus. Bersama dengan KH. Jalil, KH. Fauzan mendapat amanah ( perintah) mendirikan dan mengembangkan pendidikan formal di tempat tinggalnya masing masing.
Setelah pulang ( tamat) dari pesantren di Tayu, KH. Fauzan merintis dan mengelola pendidikan Islam formal di Bangsri yang sampai sekarang menjadi MTS/ MA Hasyim Asy'ari yang dikelola keluarga KH. Amin Sholeh. Dapat dikatakan bahwa KH. Fauzan adalah tokoh atau perintis lahirnya sistem pendidikan Formal ( sistem sekolah) untuk pendidikan Islam.
Mulai saat itulah KH. Fauzan menekuni atau lebih intensif dalam mengelola dan mengembangkan pendidikan formal yang berkembang sampai sekarang.
Ketokohan perintis lahirnya pendidikan formal terlihat dalam cara pandang atau cara fikir terhadap pendidikan. Menurut KH. Fauzan pendidikan pesantren ( pendidikan agama) menjadi landasan atau pondasi untuk membangun kualitas sumberdaya manusia. Ketokohan seseorang tidak dilihat dari kepemilikan terhadap pondpk pesantren tetapi lebih kepada komitmen dan konsistensi dalam mengajar dan mendidik para santri atau murid.
Hal ini ditunjukkan dengan sikapnya KH. Fauzan yang tidak mau mendirikannpondok pesantren kalau disekitarnya sudah berdiri pondok pesantren. Walaupun KH. Fauzan diakui kualitas dalam penguassan kitab dan ilmu ilmu keagamaan, beliau tidak mau mendirikan pondok pesantren. KH. Fauzan hanya ikut sebagai pengasuh atau pengajar di berbagai pondok pesantren yang ada di sekitar kecamatan Bangsri dan wilayah kota Jepara.
Selama hidupnya, KH. Fauzan telah menyusun 11 ( sebelas) kitab diantaranya adalah kitab Al Asma'ul Chusna, Kitab yang berisi Syair Isra mi'ra, kitab yang berisi Syair Maulid Nabi, kitab Alfiyah 1000 dan juga kitab Ghaayatul Bayan.
Peran Sosial Politik
Dikenal sebagai ulama yang komitmen terhadap pondpk pessntren dan pendidikan formal, KH. Fauzan tidak bisa lepas dari peran dalam bidang sosial politik. Kiprah ikut membangun masyarakat diawali dari tahun 1948 sebagai  Pegawai Negri sipil ( PNS). Jabatan sebagai PNS tidak dilakukan dengan melamar seperti lazimnya masyarakat sekarang.
Jabatan sebagai PNS bagi KH. Fauzan adalah di berikan oleh Bupati Jepara saat itu,karena  dilihat dari kualitas keilmuan dan kapasitas dalam bidang keilmuan Islam, KH. Fauzan sangan mumpuni. Bukti kalau jabatan PNS itu di butuhkan oleh pemerintah, pada saat penjadi PNS, KH. Fauzan lanngsung diangkat sebagai kepala kantor departemen agama ( sekarang kemenang) kabupaten Jepara.
Banyak hal yang dilakukan selama menjadi kelapa kantor Depag Jepara, diantaranya KH. Fauzan memiliki program kegiatan pengajian rutin setiap bulan di setiap masjid besar tiap tiap kecamatan yang sampai sekarang menjadi tradisi pengajian rutin sampai sekarang. Selain itu KH. Fauzan memiliki program yang unik, bahwa setiap kepala kantor urusan agama ( KUA) disetiap kecamatan harus bisa membaca kitab kuning.
Hal ini dimaksudkan agar semua kepala kantor urusan agama selain memahami masalah sosial juga hatus menguasai landasan atau ilmu ilmu pokok keagamaan yang ditunjukkan dengan kemampuan membaca kitab kuning yaitu kitab Fathul Muin.
Pada tahun 1948-1952 an, KH. Fauzan aktif di organisasi/ partai politik yaitu Majelis Syura Muslimin Indonesia atau yang dikenal dengan Masyumi yang didalamnya ada unsur atau perwakilan dari Nahdlatul Ulama ( NU). Sebagai ketua Masyumi Kabupaten Jepara, KH. Fauzan memiliki andil besar berjuang dalam urusan negara.
Terkait dengan hubungan antara agama dana negara, KH. Fauzan memiliki pemikkran bahwa yang paling utama atau esensial dalam membangun bangsa dan agama bukan terletak pada simbol simbol agama atau mendirikan negara Islam tetapi lebih kepada bagaimana mewujudkan ketentraman, kebahagia dan kesejahteraan bagi masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari syair yang dibuatnya; " lawanmu iku mung werno loro, musuh agomo lan negoro, liyaniniku dulur kabeh, rukun asih lan sumeh, becik ketitik olo ketoro, coro agomo lan coro negoro, sing sinten mlanggar totocoro, donyo akherat keloro loro". Musuhmu itu hanya ada dua, yaitu musuh agama dan negara, selain musih negara dan agama itu adalah teman atau sahabat, bersatu,mkasih sayang dan saling perhatian.
Orang yang baik dan jahat akan diketahui ciri cirinya, baik menurut aturan agama dan negara, siapapun yang melanggar atyran agama dan negara pasti akan sengsara di dunia dan akherat". Inilah falsafat KH. Fauzan dalam membina umat dan mengatur negara. Bahwa aturan agama dan negara hatus ditegakkan dalam konteks berbagngsa Indonesia.
Setiap otang Islam tidak boleh melawan negara Indoensia yang berdasarkan pancasila apapun alasannya. Melanggar negara juga bagian dari melanggar agama.
Perjuangan KH. Fauzan terhadap penjajah tidak bisa diragukan lagi. Berbekal kemampuan dalam ilmu ilmu agama dan ilmu politik, KH. Fauzan terus aktif melakukan pengorganisasian untuk melawan penjajah. Dimata  penjajah belanda ataupun Jepang, KH. Fauzan dianggap tokoh atau ulama yang dianggap sebagai penghalang cita cita para penjajah.
Setiap hari KH. Fauzan di kejar kejar atau diburu penjajah untuk ditangkap dan dipenjara. Menghindari kejaran penjajah, KH. Fauzan berpindah pindah dari satu tempat ke tempat lain. Lokasi yang menjadi tempat persembunyiaan di desa Plajan Kecamatan Bangsri, Desa Cepogo kecamatan Kembang dan desa tempur kecamatan Keling.
Sampai sekarang ketiga desa itu termasuk desa yang jauh dari jalan raya Jepara Pati, sehingga sangat rasional sebagai tempat bersembunyi karena penjajah akan kesulitan menuju tiga desa tersebut. Desa tempur berada di puncak gunung muria, jalan untuk menuju desa Tempur cukup sulit. Mulai tahun 2000 desa tempur dijadikan desa wisata oleh pemerintah kabupaten Jepara. Sehingga mulai tahun itu itulah jalan menuju desa tempur agak mudah dijangkau.
Desa copogo juga berada di ujung selasan bersebelahan dengan desa tempur dan baru pada tahun 2000 an dibangun akses jalan yang mudah di jangkau. Begitu juga desa plajan yang berada di pinggir kecamatan bangsri. Pilihan bersembunyi di tiga desa itu merupakan pilihan yang sangat tepat dan rasional untuk berikhtiyar menjaga keselamatan diri dan pengikut KH. Fauzan.
Peran dalam politik dilakukan dengan melawan penjajah Jepang. Karena kualitas dan wawasan dalam politik dan kewibawaan sebagai pemimpin, pada tahun 1945 melalui hasil rapat ulama/ kiai se karisedenan Pati memutuskan KH. Fauzan ditunjuk sebagai ketua Tim melakukan pelucutan senjata pasukan Jepang untuk wilayah Jepara, Kudus, Pati dan Rembang.
Penujukkan sebagai ketua Tim pelucutan senjata tentara Jepang menunjukan bahwa KH. Fauzan adalah seorang figur pemimpin yang memiliki kewibawaan yang tidak perlu diragukan lagi.
Pokok Pokok Pikiran KH. Fauzan
Sebagai tokoh/ ulama/ kiai yang memiliki wawasan keagamaan dan wawasan kenegaraan sangat luas, KH. Fauzan memiliki berbagai pandangan atau pemikiran yang layak dijadikan bahan inspirasi generasi penerus bangsa dan agama. Pokok Pokok pikitan itu dapat dilihat dari karya kitab yang bera syair atau nadhoman dalam syair maulud nabi, syair isra mi'raj dan  kitab ghaayatul bayan.
Peringatan maulud nabi tidak hanya mengandung makna atau misi ritual keagamaan dalam artian hanya mencari atau menambah pahala, tetapi peringatan maulud nabi menyimpan banyak makna untuk membangun karakter atau ahlaq bagi umat Islam. Syair yang diberi judul Nadaman Maulud itu menjelaskan pentingnya ahlaq bagi umat Islam yang harus diwujudkan melalui peringatan hati lahir Nabi Muhammad Saw.
Syair yang ditulis dalam bahasa Jawa ini berbunyi : " Kang banget penting isi muludan, hiyo iku ahlaq Nabi nggo letadan, ora mung rame ing kono kene, hinggo kelalen maring isine, onjo onjone wong urip iku kang ngerti diri sekabihane". Artinya secara umum kurang lebih " yang paling utama/ penting peringaran maulud nabi muhamamd saw adalah bagaimana mencontoh ahlaq Rasulullah, tidak hanya rame membaca al berjanji dimana mana, sehingga melupakan substansi yang diajarkan Rasulullah, sebaik baik manusia hidup di dunia itu adalah orang yang mengetahui, dan memahami ajaran Islam secara mendalam". ( nadhaman maulud bait 1-3)
Sopan santun menjadi perhatian utama KH. Fauzan, karena sopan santun akan mempererat tali persatuan dan kesatan diantara manusia. Dalam syair atau nadham maulud lainnya di jelaskan " laku lan ngomong kang ngati ngati, kang sopan santun dadi wong surti, kang lembah manah serto gentenan, jo ( ojo) saur manuk banter banteran, po ( opo) maneh ngomong ono kersane, marang wong sepuh bopo ibu gurune, sanajan karo sepodo podo, kudus di toto ojo koyo mendo, sopo dak ngrekso ing kesopanan, mongko ajine persasat kewan, budi pekerti nabi diutus, noto menungso supoyo bagus, lahir lan batin dilatih terus, ojo mung lahir njur koyo tikus, sopo kang ngrusak ing persatuan, namane tego menange lawan, hal persatuan kudus di jogo, yen pengen mulyo hasil suwargo".
Terjemah bebasnya kurang lebih " perilaku dan ucapan harus hati hati, dengan sopan santun manusia menjadi mulya. Manusia harus lemah lembut dan beretika dengan teman, jangan saling hujat tanpa etika. Apa lagi berkomunikasi dengan Tuhan, berkomunikasi dengan otang tua dan para gurunya. Walaupun dengan teman sejawat harus dijaga etika dan tata krama jangan sampai seperti hewan. Siapapun yang tidak memperhatikan etika pergaulan dianggap sebagai hewan piaran. Nabi diutus untuk memperbaiki manusia agar menjadi baik budinya, kualitas lahir dan batin hatus dilatih terus menerus, jangan sampai seperti hewan namanya tikus. Siapapun yang merusak persatuan dan kesatuan itu namanya membiarkan kemenangan lawan/ musuh, persatuan dan kesatuan harus dipertahankan jika ingin  masuk surga di hari kelak kemudian". ( Nadhaman Maulud bait 4-11).
Penulis adalah Dosen IAIN Kudus, Peneliti Pada Tasamuh Indonesia Mengabdi (Time) Jawa Tengah, Ketua Umum IKA PMII Kudus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H