Dua orang yang sedang hamil sama-sama berbagi kisah dan suka duka mereka. Salah satu dari mereka bertanya "mengapa memutuskan memilih bayi tabung daripada mengadopsi anak?" Pertanyaan itu dijawab dengan sangat hiperbolis "Sebab darah lebih kental daripada air"
Apa yang sedikit penulis sitir diatas merupakan potongan dialog film India berjudul "Good Newws" yang diperankan oleh Akhsay Kumar, Kareena Kapoor, Kiara Advani dan Diljit Dosanjh.
Meski bergenre komedi, film ini penulis nilai sangat penting, terutama terkait dengan kehadiran seorang buah hati dalam keluarga.
Premis cerita "Good Newws" sangat sederhana. Deepti (Kareena Kapoor) yang sudah berusia tidak muda lagi menginginkan kehadiran seorang anak dalam rumah tangganya bersama Varun (Akhsay Kumar). Tapi sayang, impian Deepti tidak berbanding lurus dengan apa yang diinginkan Varun. Bagi Varun memiliki seorang anak akan merenggut kebebasannya sebagai seorang laki-laki.
Sampai suatu ketika, Deepti yang berkeinginan keras agar memiliki anak, terus merayu suaminya dan hal itu diamininya. Usaha mereka memiliki anak dari jalur normal lagi-lagi gagal. Sehingga pada suatu ketika mereka direkomendasikan untuk memprogram bayi tabung. Kedua pasang itu sepakat dan akhirnya mengikuti prosedur tersebut.
Namun, masalah terjadi. Rupanya, bayi tabung yang dihasilkan dari pembuahan sperma dan ovum diluar rahim itu tidak semulus yang diharapkan pasangan Deepti dan Varun. Dokter mengatakan jika sperma Varun tertukar.
Rupanya pada saat Varun dan Deepti memprogram bayi tabung, bsrbarengan dengan pasangan lain yakni Monika dan Honey. Nahasnya, nama belakang keluarga besar atau marga kedua keluarga itu sama -sama Batra, sehingga secara teknis sperma kedua pasangan tertukar karena kelalaian pihak rumah sakit.
Sperma Varun Batra tertanam di benih Monika Batra yang tak lain adalah suami Honey Batra, dan begitu juga sebaliknya. Sperma Honey Batra tertanam pada sel telur Deepti Batra yang tak lain adalah suami Varun Batra. Kesamaan nama belakang, membuat sperma mereka tertukar.
Meski penulis menilai cerita seperti agak konyol, namun kemungkinannya bisa saja terjadi bagi pasangan suami istri yang sah lalu menjalani program bayi tabung untuk mendapat keturunan. Lantas, jika hal ini terjadi sungguhan di kehidupan nyata, bagaimana menyelesaikannya?
Jawaban atas pertanyaan itu, sebagian di kemukakan oleh film "Good Newws". Salah satunya adalah dokter bertanggung jawab untuk melakukan aborsi terhadap bayi tersebut. Tapi, nyatanya tokoh dalam film itu tidak memilih jalan itu dengan alasan kemanusiaan dan sikap tersebut tidak bermoral.
Usai menolak melakukan aborsi, timbul lagi permasalahan internal yang melanda di benak para suami dua pasangan itu. Terutama Varun Batra yang tidak bisa menerima jika di dalam rahim istrinya ada benih laki-laki lain karena kesalahan dokter. Kondisi itu ditambah dengan "keengganan" Varun yang memiliki buah hati dalam pernikahan, lantaran bisa menelan kebebasannya sebagai manusia.
Meski Varun Batra keberatan, namun sang istri tetap bersikukuh bahwa sosok makhluk kecil yang berdetak dalam rahimnya dengan alasan apapun tidak boleh dibunuh. Â
Penulis tidak berbicara dari sudut agama, khususnya Islam, lantaran jika ada kasus semacam ini bisa saja hukumnya beragam. Bisa jadi ada yang mengharamkan karena sperma tertukar itu masuk kategori zina seperti halnya menggunakan bank sperma, atau bisa jadi ada yang membolehkan dengan pertimbangan membunuh janin yang hidup itu berdosa.
Tapi dalam bahasa kemanusiaan, apapun alasannya, membunuh janin yang sudah berdetak jantungnya itu tidak diperbolehkan. Dari satu sisi, film ini mengkritik tentang maraknya aborsi yang dilakukan baik di India ataupun di Indonesia.
Bahkan, beberapa hari lalu, praktik dokter aborsi di Jakarta berhasil dibekuk polisi. Alasan para tokoh dalam film "Good Newws" memilih tidak mengaborsi janinnya karena alasan kemanusian dan naluri keibuan merupakan kritikan tajam terhadap pelaku aborsi. Ide aborsi dari dokter yang diamini oleh Varun Batra, ternyata ditolak mentah-mentah oleh Deepti Batra.Â
Alasannya, karena membunuh janin adalah perilaku biadab apapun alasannya. Tentu hal ini bisa saja menjadi kritik sosial bagi pasangan luar nikah yang ingin menggugurkan kandungan lantaran belum siap menikah.
Sikap tidak gentle seperti itu bahkan lebih besar ditunjukkan oleh para lelaki yang kerap kali memaksa pasangannya (pacarnya) untuk menggugurkan kandungannya karena alasan belum siap menikah atau malu dengan keluarga. Adegan  ini bagi penulis sangat menampar praktik semacam itu.
Entah karena sperma tertukar, atau karena hubungan gelap diluar nikah, membunuh janin yang sudah ditiupkan ruh merupakan sebuah kejahatan. Tindakan diluar nalar akal sehat dan masuk kategori kriminal. Hal ini tidak dibenarkan dengan pandun norma apapun. Kecuali ada kondisi tertentu yang masuk dalam keadaan kahar atau diluar kewajaran.
Lalu adegan lain yang cukup menohok adalah dimana suami yang seakan tidak memperhatikan istri saat hamil. Varun Batra lagi-lagi menunjukkan gejala sosial semacam itu. Saat istrinya sedang hamil (karena sperma tertukar) ia malah tidak pernah memperhatikan kondisi istrinya sama sekali.
Sampai suatu ketika sang istri berkata "Kau tidak akan pernah merasakan hamil. Badanku sakit semua, aku tidak bisa maka makanan favoritku, aku sakit tidak bisa minum sembarang obat karena membahayakan janin, mood-ku berubah-ubah, lalu kau diam saja dan akan menyerahkan anak ini kepada orang lain. Karena kau tidak merasakannya maka kau meremehkan apa yang aku rasakan," kata Deepti kepada suaminya.
Meski dalam film ini konteksnya adalah sperma yang tertukar, namun, pesan yang disampaikan oleh Deepti Batra sesungguhnya ditujukan kepada suami yang istrinya sedang hamil. Ia mengeluarkan uneg-unegnya jika hamil itu tidak mudah.
Apalagi nanti jika proses melahirkan, maka sang ibu menggantungkan nyawanya demi anaknya. Lagi-lagi pesan semacam ini menohok, terutama bagi suami yang tidak memikirkan nasib istrinya yang sedang hamil. Sebab, keadaan tersebut bukan keinginan istri melainkan kondisi alamiah seseorang yang sedang hamil.
Film penuh pesan denga premis cerita yang agak konyol ini sebenarnya merupakan gambaran bagaimana kondisi keluarga yang sedang dalam masa kehamilan. Ada banyak konflik di dalamnya. Apalagi, dengan kisah sperma yang tertukar, maka "Good Newws" lebih melebarkan pesannya kepada pesan kemanusiaan.
Bahwa bayi yang lahir dengan kondisi seperti itu, sebenarnya tidak diinginkan oleh siapapun. Akan tetapi, membunuhnya dengan cara aborsi juga bukan merupakan tindakan yang bermoral. "Good Newws" merupakan tontonam alternatif, drama komedi yang sarat makna, terutama bagi pasangan suami - istri yang hendak memiliki momongan atau sedang memprogram untuk dapat momongan.Â
Akhir cerita film ini cukup menohok lantaran kehadiran anak akan mengubah kehidupan seseorang, sebagaimana yang dialami oleh Varun Batra.Â
Hubungan antara orang tua dan anak sampai kapanpun dan dengan alasan apapun tidak dapat dipisahkan. Tidak ada istilah mantan ayah, meski ada istilah mantan suami.Â
Hubungan anak dan orang tua adalah hubungan yang sangat sakral. Istri dan suami boleh jadi berpisah. Tapi anak dan orang tua adalah hubungan abadi. Doa anak akan tetap sampai kepada orang tuanya meski sudah berbeda dunia. Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI