Bahkan dalam sebuah adegan "Beguum Jaan" harus mengacungkan celurit kepada salah satu pejabat yang menyerahkan surat kepadanya lantaran menolak untuk dipindahkan.
Beberapa pejabat pemerintahan justru adalah langganan dari rumah bordil Beguum Jaan. Film ini diakhiri dengan aksi baku tembak, oleh Beguum Jaan dengan pasukan pemerintah. Beguum Jaan lantas meregang nyawa lantaran mempertahankan tahta lokalisasinya yang sekaligus sebagai kehormatannya.
Lebih dari "Chamelli" film "Beguum Jaan" tidak saja menunjukkan bagaimana PSK yang independen semata, melainkan berani melawan dan memiliki sikap tegas terhadap pemerintah.
Film ini juga membawa anasir-anasir kemunafikan, dimana mereka yang pergi "jajan" ke rumah bordil "Beguum Jaan" namun akhirnya harus melawan sang germo dan PSK yang sudah dinikmatinya.
Gambaran film India tentang PSK seolah menegasikan wanita malam dari seorang penghibur menjadi seorang yang memiliki dan mempertahankan jati diri dan harga diri.
PSK sudah tak lagi jadi subjek dalam berbagai film India, melainkan menjadi sosok yang independen dengan sikap dan pilihan hidupnya.
PSK yang ditangkap tangan dalam kasus Andre Rosiadi masih terlintas dibenak saya digambarkan sebagai PSK pada era film India tahun 1950-an. Menjadi subjek untuk dijebak dan digrebek (bahkan "dipakai" dahulu). Tentu ini adalah preseden buruk yang harus dipikirkan bersama.
Melawan prostitusi bisa jadi adalah hal yang harus dilakukan, tapi memanusiakan manusia dengan segala profesinya sejatinya adalah kewajiban seluruh umat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H