3. Pengalaman Belajar Bermakna
Humanisme menekankan pada pengalaman belajar yang bermakna dan relevan bagi siswa. Pengalaman belajar yang berkaitan dengan kehidupan nyata siswa dapat meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka dalam pembelajaran.
4. Kesetaraan Perasaan dan Fakta
Prinsip ini mengakui pentingnya emosi dan pengalaman subjektif dalam proses pembelajaran, sejajar dengan pengetahuan faktual. Humanisme menganggap bahwa emosi dan pengalaman individu memiliki nilai yang setara dengan fakta objektif.
5. Lingkungan Belajar yang Mendukung
Humanisme menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan mendukung di mana siswa merasa diterima dan dihargai. Lingkungan yang mendukung memungkinkan siswa untuk merasa nyaman dan termotivasi untuk belajar.
Pembelajaran menurut tokoh humanistik memiliki ciri khasnya masing-masing. Misalnya, Bloom dan Krathwohl menguraikan tujuan pembelajaran dalam tiga domain: kognitif, psikomotor, dan afektif. Honey dan Mumford membagi gaya pembelajaran menjadi empat jenis: aktivis, reflektif, teoris, dan pragmatis.Â
Sementara itu, Habermas mengklasifikasikan pembelajaran menjadi pembelajaran teknis, praktis, dan emansipatoris, sedangkan Rogers menyoroti pentingnya pengalaman afektif dalam pembelajaran. Maslow menekankan pemenuhan kebutuhan psikologis individu dalam pembelajaran, sementara Kolb membagi proses pembelajaran menjadi empat tahap, mulai dari pengalaman konkret hingga konseptualisasi.
Penerapan teori humanistik dalam pembelajaran sering dihadapkan pada tantangan dalam mengubah konsep-konsep teoritis menjadi langkah-langkah praktis. Meskipun begitu, teori ini tetap memberikan pandangan penting tentang bagaimana mencapai potensi penuh individu dalam konteks pendidikan.
Dalam teori humanistik, pembelajaran bertujuan untuk membentuk individu yang mencapai aktualisasi diri. Guru perlu memperhatikan pengalaman emosional dan karakteristik peserta didik, serta memberi mereka kebebasan untuk mengarahkan perkembangan pribadi mereka.
Meskipun penerapan teori ini belum sempurna dalam praktiknya, kontribusinya sangat berharga. Ide-ide dan konsep-konsepnya dapat membimbing pendidik dalam memahami sifat-sifat dasar manusia, membantu mereka merumuskan tujuan, memilih materi, dan mengembangkan strategi pembelajaran.
Namun, pendekatan pembelajaran yang berpusat pada guru dan struktur kurikulum yang kaku tidak selalu sesuai dengan prinsip-prinsip teori humanistik. Bagi teori ini, pembelajaran yang bermakna terjadi ketika siswa aktif terlibat dalam pengalaman belajar mereka sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H