buntung  yang  copot  tangan  buntung  yang  lepas tangan
buntung yang buntung tangan buntung
segala buntung segala tangan
hanya jam tangan lengkap tangan menunjuk entah kemana
Sesungguhnya saya merasa malu membaca bait pertama dari puisi Sutardji Calzoum Bachri yang berjudul "Tangan" bersamaan memandang kedua tangan saya sendiri. Memandang yang saya lakukan bukan dengan mata, namun dengan hati dan pikiran.Â
Selama hidup saya, apa yang sudah saya lakukan dengan kedua tangan saya? Entah sudah berapa banyak dosa yang diperbuat melalui kedua tangan saya. Saya merasa belum banyak kebaikan yang diperbuat dengan tangan ini.Â
Tangan saya seharusnya banyak digunakan untuk menolong manusia yang kesulitan hidup. Tangan saya semestinya sering digunakan untuk membantu orang lain untuk sampai pada kebaikan.
Tangan saya "seharusnya tangan bukan hanya tangan" yang sekadar tulang, daging dan kulit, serta jari-jemari yang hanya digunakan sekadar untuk makan dan minum memenuhi kebutuhan diri sendiri.Â
Tangan saya semestinya "tangan yang memang tangan tak cuma tangan", yang saya gunakan hanya untuk mengambil semua kebutuhan saya.Â
Tangan yang hanya saya gunakan untuk memakai jam tangan atau cincin di jari-jari saya.Â