Salah satu hal mendasar dan prinsip dalam kehidupan manusia adalah agama. Oleh karena itu, tak mengherankan jika interaksi antar pemeluk agama sejauh ini sering diwarnai ketegangan. Dalam hal ini umat beragama sering dihinggapi anggapan miring terhadap eksistensi agama lain. Di bawah bayang bayang klaim kebenaran (truth claim) yang menyertai pemahaman beragama, anggapan miring tersebut acapkali didemonstrasikan dengan pada sikap-sikap yang kurang manusiawi (destruktif). Dalam kasus Islam, sebenarnya Al-Qur'an telah memberikan menjelaskan yang cukup maksimal mengenai hubungan antar agama ini. Demikian juga Nabi Muhammad saw telah mencontohkan kepada umat dalam menyikapi perbedaan agama ini. Bahkan pengakuan terhadap eksistensi agama lain tersebut menjadi salah satu hal yang terkait dengan keimanan umat Islam.
Kondisi theologis bangsa Arab Pra islam
Bangsa Arab diketahui telah memiliki peradaban jauh sebelum Islam muncul disana. Beberapa ahli mengungkapkan bahwa aspek peradaban Arab meliputi agama, politik, ekonomi dan seni budaya. Sejarawan muslim membagi penduduk Arab menjadi tiga kategori, yaitu: 1) al-'Arab al-Ba'idah: Arab Kuno; 2) 'Arab al-Arabiyah: Arab Pribumi; dan 3) al'Arab al-Musta'ribah: Arab pendatang. Eksistensi Arab Kuno tidak dapat terdeteksi oleh sejarah kecuali beberapa kaum yang dikisahkan dalam al-Quran dan kitab-kitab pendahulunya. Adapun Arab pribumi adalah dua golongan besar, yaitu Qahthaniyun dan 'Adnaniyun yang berasal dari Yaman dan merupakan keturunan Nabi Isma'il AS yang berdiam di Hijaz, Tahama, Nejad, Palmerah dan sekitarnya.
Â
Peradaban Arab pra Islam sering pula dikenal dengan nama Era Jahiliyyah (kebodohan). Penamaan ini tidak murni dikarenakan kebodohan mereka dalam berbagai segi dan tidak berperadaban, namun karena ketiadaan pengetahuan mereka akan agama, tata cara kemasyarakatan, politik, dan pengetahuan tentang ke-Esaan Allah. Adapun dari segi fisik, mereka dinilai lebih sempurna dibanding orang-orang Eropa dalam berbagai organ tubuh, begitupula dalam sisi pertanian dan perekenomian yang telah maju. Disamping faktor teologis tersebut, mereka memiliki beberapa karakteristik khusus yang semakin memperkuat kesan Jahil (bodoh) pada mereka.
Â
Diantara preseden buruk yang melekat pada Arab pra-Islam adalah kondisi dan kedudukan wanita yang dipandang sebelah mata, bahkan setengah manusia. Meskipun ditemukan beberapa kepala suku wanita di Mekkah, Madinah, Yaman dan sebagainya, namun jumlah mereka amat sedikit sekali. Di mata masyarakat mereka, wanita tidak ada harganya dan tidak lebih berharga dari barang dagangan di pasar. Beberapa pendapat bahkan lebih vulgar menyebutkan bahwa mereka tidak lebih dari binatang, wanita di anggap barang dan hewan ternak yang tidak memiliki hak, mengubur anak hidup hidup, dan kebodohan kebodohan lainya.
Â
      Mengenai lahirnya masyarakat muslim ini Fazlur rahman merumuskan yang melatar belakangi lahirnya masyarakat muslim di antaranya ialah istilah istilah nya terkait 'kelompok' atau 'sekte' dalam Al Qur'an ialah : Hizb/Ahzab, Syiyah/Syiya, Ummah, dan Hanif. Sebelum Lahirnya Nabi Muhammad bangsa Arab memiliki komunitas yang besar antara lain Yahudi Kristen dan Paganis, dan selanjutnya bangsa arab sering disebut Jahiliyah karna dengan kebodohanya lantaran memandang wanita sebelah mata, membunuh wanita, dan kepercayaanya terhadap patung patung. Ini membuktikan bahwa kaum Yahudi dan Kristen mengalami kemerosotan teologis serta menyimpang dari pada ajaran agama nya yang telah di anugrahkan kepada mereka sebuah kitab taurat.
Â
Penulis berpendapat bahwa Bangsa Yahudi dan kristen merupakan sekte, golongan, kelompok, atau komunitas yg di sebutkan oleh Fazlur Rahman yaitu Ahzab/hizb atau bahkan setara dengan Syiyah/Syiya. Sepengetahuan penulis Yahudi dan kristen adalah monotheisme yang mengalami penyimpangan dari ajaran Abraham(Ibrahim) dimana mereka membuat perjanjian baru dan menganggap Yesus adalah Tuhan.
Â
Penulis dalam hal ini belum menemukan data bahwa Sayyed Qutb berbicara tentang lahirnya masyrakat muslim pra madinah, Sayyed Qutb lebih berfokus Lahir nya masyarakat muslim dimulai ketika Hijrah nya Nabi Muhammad SAW Dari Makkah Ke Yatsrib. Dan Syed Mahmuddinasir juga sedikit mirip dengan pemikiran Sayyed Qutb, mereka lebih mengarah kepada Awal Mula Nabi Muhammad hijrah dari Makkah ke Madinah
Â
Selanjutnya Fazlur rahman dalam hal theologis pra islam lahir banyak berbicara tentang Hanif, Hanif sendiri adalah  istilah Arab yang merujuk kepada agama tauhid pra-Islam yang bukan Yahudi ataupun Kristen. Secara lebih khusus, istilah ini merujuk kepada bangsa Arab pra-Islam di zaman Jahiliyah yang mengikuti ajaran tauhid. Kaum Hanif adalah golongan yang menolak perbuatan syirik; mereka menolak menyembah kepada banyak tuhan selain Allah. Dalam pandangan Islam, Hanif merupakan suatu bentuk kesinambungan ajaran tauhid yang ada sejak zaman Nabi Ibrahim, mempertahankan sebagian atau seluruh ajaran Nabi Ibrahim, yaitu berserah diri kepada Allah. Akan tetapi hingga kini, kebanyakan teolog Yahudi dan Kristen masih belum sepakat mengenai status agama tauhid Nabi Ibrahim.
Â
Penganut Hanif adalah penganut pemeluk monoteis yang berusaha dengan berbagai cara dan pengetahuanya untuk merujuk kepada kemunian ajaran tauhidullah. Mereka tidak menyetujui semua penyimpangan atas ajaran Abraham(Ibrahim), secara bersamaan Hanif ini dipastikan tidak mengetahui secara persis ajaran dari pada Nabi Ibrahim yang sebenarnya, hal ini tergambar dari keluh kesah zaid tentang keyakinan ketika ia berdoa " Ya Allah, seandainya aku mengetahui wajah(cara) yang paling engkau sukai, pasti aku menyembah dengan cara tersebut, namun aku tidak mengetahuinya, setelah itu ia bersujud. Demikian yang di riwayatkan oleh Ibnu Ishaq
Â
Menurut Ibnu Hisyam Umayyah bin Abi al-Shalt awalnya sebagai penganut hanif yang patuh dan banyak melakukan ritual keagamaan. Menurut Ibnu Hisyam, Umayyah mengetahui persis akan kedatangan nabi akhir zaman, Rahman juga disini mengatakan bangsa Arab Yahudi Kristen percaya akan ada nabi akhir zaman yang di yakini dalam kepercayaan mereka, selanjutnya akan tetapi Umayyah merasa dirinya lah yang akan menjadi nabi tersebut. Ketika Nabi Muhammad mendeklarasikan dirinya sebagai Nabi, Umayyah tidak menerimanya
Â
Lalu bagaimana teologi Yahudi dan Kristen setelah melenceng daripada Hanif nya Ibrahim? Menjelang pengutusan Rasulullah Muhammad SAW di makkah terdapat penganut Hanif, paganisme, dan kristen. Kehidupan keagamaan ini merupakan hasil dari perkembangan hidup yang sangat panjang. Menurut penulis Paganisme ala Makkah ini muncul dari dua kepentingan yang disesuaikan dan diselaraskan. Antara ambisi kemajuan ekonomi dan tuntutan kelestarian ritual Ka'bah. Penduduk Makkah tidak ingin kesibukkan dalam perniagaan merusak kehitmattan ritual keagamaan. Oleh karnanya mereka selau membawa bebatuan atau tanah dari sekitar kabah ketika berpergian keluar makkah dalam ekspedisi dagangannya.
Â
Disisi lain penulis dalam hal lainya berfikir jika masyarakat makkah meninggalkan ajaran ibrahim secara total, kemungkinan bersar akan terjadi krisis ekonomi yang berdampak sistemik di makkah. Karena bagaimanapun, makkah dengan keterbatasan sumber daya alam, mengandalkan daya tarik spiritual ka'bah dan zamzam untuk mengundang sebanyak banyaknya para peziarah haji dan kelompok ekspedisi dagang. Semakin banyak pendatang semakin banyak aktivitas ekonomi yang menguntungkan di makkah.
Â
Bagaimana Lahirnya masyarakat muslim
Â
Lahirnya Masyarakat muslim sekaligus Terbentuknya Negara Madinah, akibat dari perkembangan penganut Islam yang menjelma menjadi kelompok sosial dan memiliki kekuatan politik riil pada pasca periode Mekah dibawah pimpinan Nabi. Setelah di Madinah, posisi Nabi dan umatnya mengalami perubahan besar. Di kota itu, mereka memiliki kedudukan yang baik dan segerara menjadi kuat dan dapat berdiri sendiri.
Â
Madinah merupakan kisah tentang keberhasilan Nabi dalam membangun tatanan sosial masyarakat yang adil, damai dan berkeadaban. Keberhasilan tersebut merupakan kebanggaan dan sumber inspirasi bagi umat Islam dari dulu hingga sekarang. Madinah merupakan simbol kemenangan yang dapat membangkitkan gairah solidaritas dan kebanggan di kalangan Muslim
Â
Aktivitas yang sangat penting dan tugas besar yang dilakukan oleh Nabi setelah menetap di Madinah pada tahun pertama hijrah adalah membangun masjid di Quba, dan menata kehidupan sosial politik masyarakat kota itu yang bercorak majemuk. Pembangunan masjid itu dari segi agama berfungsi sebagai tempat beribadah kepada Allah, sedangkan dari segi sosial berfungsi sebagai tempat mempererat hubungan antar komunitas
Â
Langkah berikut Nabi adalah menata kehidupan sosial-politik komunitas-komunitas di Madinah. Sebab, dengan hijrahnya kaum Muslimin dari Makkah ke kota itu, masyarakat semakin bercorak heterogen dalam hal etnis dan keyakinan. Diantaranya adalah komunitas Arab muslim dari Makkah, komunitas Arab Madinah dari suku Aus, komunitas Khazraj muslim, komunitas Yahudi, dan komunitas Arab Paganis.
Â
Disini penulis Setuju dengan pernyataan Sayyed Qutb, beliau mengatakan komunitas muslim adalah sekelompok manusia yang kehidupannya, konsepsinya, situasi, sistem, nilai dan keseluruhan pertimbangannya bersumber pada metode Islam. Suatu masyarakat yang hanya meng-hamba-kan diri pada Allah SWT. Dan juga beliau mengatakan sesungguhnya "Islam adalah jalan kehidupan (way of live) yang terdiri dari aqidah yang lengkap yang menafsirkan hakikat alam semesta dan menetapkan kedudukan manusia didalamnya. Serta Islam mencakup prinsip-prinsip kehidupan sosial yang berpegang pada ikatan hukum syariah dan ketentuan dasar dari al-Qur'an dan sunnah nabi" ini relate sekali di kehidupan Rasul di Madinah, ketika Rasul berada di madinah rasul bukan hanya Kepala Agama tetapi Rasul juga menjadi kepala Negara, dan menjadikan Kota Yatsrib dirubah namanya menjadi Madinah
Â
Dalam hal ini pula penulis setuju dengan pemikiran Syed Mahmuddunasir bahwa "Nabi Muhammad Saw mendirikan suatu  negara di Madinah atas  dasar prinsip-prinsip kesamaan, kebebasan, dan persaudaraan. Bangsa Arab, bangsa  Yahudi dan semua warga negara persemakmuran Islam yang baru itu ditempatkan pada pijakan yang sama, diizinkan mengambil bagian secara bebas  dan sederajat di dalam  pendirian suatu struktur sosio-politik  yang baru  dan  di  dalam  memajukan  kemanusiaan bagi cita-cita moral yang lebih sempurna dan lebih kaya" di tandai dengan adanya piagam Madinah, dimana konstitusi Di madinah menjadi sangat baik dan tertata, dari segi teologi, ekonomi, kemasyarakatan dan juga pola hidup, penulis dalam hal ini mengutip dari Al Qur'an yang sedikit menyerupai keadaan madinah pada saat itu yaitu tentang Ad-Din dengan pemahaman yang luas
Â
- Ad-Din sebagai Undang Undang/Hukum Negara(Yusuf : 76)
- Ad-Din sebagai Sistem hidup/Way of Life(Al Mukminun : 26)
- Ad-Din sebagai Syariah (Syura : 13)
- Ad-Din sebagai Sistem pengabdian(al-Kafirun : 1-6)
Â
Setelah semua makna Ad-Din ini jelas maka penulis tidak mendapati bahwa Ad-Din Islam ini ada nya ketidaksempunaan dalam ajaran Nabi yang telah di ajarkan kepada kita, sejalan dengan pendapat Syed Mahmuddunnasir bahwa mendirikan suatu negara di madinah itu atas dasar persatuan, kesamaan dan toleransi(ahl-dzimmah),
Sebagaimana makna Din tersebut penulis berpencapat secara garis besar ruang lingkup din itu meliputi(Rububiyah, Mulkiyah, dan Uluhiyah/Ubuddiyah) ruang lingkup tersebut berlaku untuk semua Din, baik islam maupun Non Islam. Dimana Rububiyah berarti konsepsi hukum/sistem perundang undangan yang berlaku untuk mengatur kehidupan manusia di muka bumi ini, dan Lingkup Mulkiyah yang berarti  suatu konsepsi pemerintahan yang berlaku untuk menguasai kehidupan manusia di mukabumi, dan lingkup uluhiyah, yang ber arti pelaksanaan sistem peribadatan yang di lakukan oleh umat/rakyat. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H