"Kok kayaknya aku belum pernah lihat kamu menunggu bis di halte ini ya?"
"Iya, biasanya aku bareng sama temanku se-kos naik motor, tapi beberapa hari yang lalu motornya di jual, dia bilang buat bayar sekolah adiknya."
"Oooo..," hanya itu tanggapan Andi.
"Mas, aku pulang dulu ya, bisnya udah datang," sambil berlari menuju pintu bis yang sudah jadi rebutan beberapa penumpang yang menunggu dari tadi.
"Besok ketemu lagi ya.." teriak Andi yang juga sambil berlari, karena bis yang telah ditunggunya dari tadi juga ikut-ikutan datang.
Entah kenapa malam ini Andi belum juga bisa tidur. Dilihatnya jam dinding yang tergantung di atas pintu kamarnya, sudah jam 12 malam. Ingatannya terus saja tertuju kepada gadis yang ditemuinya di halte bis sore tadi. Ia juga tidak tahu sebabnya, padahal ia telah biasa bertemu dan berkenalan dengan banyak gadis. "Gadis ini lain. Wajah dan bibirnya yang mungil tidak memperlihatkan wajah yang kekanak-kanakan karena sorot matanya yang tajam telah memperlihatkan kedewasaan," ia membayangkan dalam hati. Tidak sabar ia menunggu esok untuk bertemu dengan gadis yang telah membuatnya sulit memejamkan mata.
Ia pun tertidur.
Sore yang ditunggu itu pun datang juga. Bergegas ia menuju halte yang jaraknya kurang lebih 50 meter dari pabrik tempat ia memeras tenaga. Dilihatnya gadis itu masih juga berdiri di tempatnya seperti kemarin.
"Hai.., sudah lama?" sapanya.
"Nggak kok, baru saja."
"Kamu kerja di mana sih?"