"Sambil latihan lagu Misa, teknik vokalnya kita perbaiki," kata Lae Jay. Itulah prinsip learning by doing, intensif dan hemat waktu sekaligus.
Ada empat lagu Misa yang dilatihkan. Lagu pembukaan Dengan Gembira (Antonius Soetanta), lagu persembahan Ambillah dan Trimalah (Onggo Lukito), lagu komuni Panis Angelicus (C. Franck), dan lagu penutup Arbab (Bonar Gultom).
Hebatnya, notasi (not angka) masing-masing lagu itu hanya dilatihkan lima kali ulangan. Sekaligus dalam proses itu dilakukan koreksi teknik vokal dan nada per kelompok (T1, T2, B1, B2) dan perorangan.Â
Setelah lima kali ulangan, peserta langsung diminta menyanyikan lirik lagu. Lima kali ulangan juga, disertai koreksi teknik vokal atau produksi suara, untuk menghasilkan nada dan artikulasi yang baik, benar, dan indah.Â
Sesi latihan malam hari sekalian berfungsi rehearsal, persiapan tampil dalam Perayaan Misa pagi esok hari (8 Desember). Dalam dua jam latihan malam itu, dengan segala kekurangan yang segera dikoreksi, nyatalah bahwa 60 peserta pelatihan itu sudah siap tampil sebagai sebuah kelompok koor remaja laki (boys choir).
Sungguh, hal itu terasakan sebagai mukjizat. Setidaknya bagi para seminaris itu dan aku sendiri. Mereka mengakui selama ini butuh waktu latihan seminggu untuk menguasai sebuah lagu. Kini empat lagu, dengan teknik vokal yang sudah tergolong baik dan benar, hanya dalam bilangan belasan jam.
Begitulah Lae Jay memfasilitasi proses terjadinya sebuah mukjizat penampilan musik vokal liturgi Gereja Katolik di SMCS. Sungguh, itu terbilang mukjizat.
Lahirnya "Bayi" Paduan Suara SMCS
Minggu, 8 Desember 2024 tepat pukul 08.00 WIB. Aku sudah duduk manis di kapel seminari. Tepat di belakang para seminaris peserta pelatihan yang duduk di bangku- bangku baris depan.Â
Tadi pagi pukul 06.00-07.00 WIB mereka sudah melakukan rehearsal lagi. Menyanyikan lagi empat lagu misa yang telah dilatihkan. Juga Ordinarium dan Mazmur. Pemazmur telah dilatih khusus kemarin sore.
"Semoga Roh Kudus menolong ansk-anak ini tampil bagus," aku berdoa dalam hati.