Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

30 Menit Mengintip Dapur Seminari Menengah Siantar

23 Desember 2024   10:16 Diperbarui: 23 Desember 2024   13:27 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suster Yovita Situmorang  dan staf dapur sedang menyiapkan makan siang untuk seminaris SMCS (7/12/2924) (Dokumentasi pribadi)

Hebatnya, sejauh pengamatanku, tak ada kepanikan di dapur SMCS. Para staf dapur dan Suster Yovita bekerja sewajarnya saja, jauh dari kata stres. Kuncinya, pertama, sudah ada pembagian tugas yang tegas du antara staf dapur.  Kedua, kusaksikan sendiri, para juru masak itu bekerja dengan hati senang.

Ruang penyimpanan bahan makanan. Ada cold storage (kiri) (Dokumentasi pribadi)
Ruang penyimpanan bahan makanan. Ada cold storage (kiri) (Dokumentasi pribadi)

Belanja Besar

Saat aku melangkah menuju dapur tadi, di pelataran baru saja berhenti sebuah truk pick up (bak terbuka) kecil. Baknya sarat muatan sayur-mayur, buah-buahan, daging, ikan, telur, dan bumbu dapur. Suster Yovita baru saja pulang belanja bahan makanan dari Pajak Horas Siantar. 

Suster baru belanja besar. Besok, hari Minggu, seminaris makan besar. Hari makan pakai lauk daging, nasi pasti tamhah melulu. 

Belanja besar seperti itu mesti dilakukan sedikitnya dua kali seminggu. Dengan begitu stok bahan makanan sepanjang minggu tetap tersedia. 

Bahan-bahan makanan itu disimpan di satu ruangan khusus berpendingin. Ada cold storage khusus untuk sayuran. Lalu chiller dan freezer box untuk daging dan ikan. Buah-buahan cukup diletakkan dalam wadah di lantai ruangan berpendingin itu.

Pisang barangan untuk buah penutup makan siang (Dokumentasi pribadi)
Pisang barangan untuk buah penutup makan siang (Dokumentasi pribadi)

Saat mengamati isi ruangan, aku berpikir betapa makanan menjadi komponen biaya besar di SMCS. Sulit juga untuk menekan anggaran makanan. Standar minimum kuantitas pangan  dan kualitas gizi dan kesehatan makanan harus dipenuhi. Jika tidak maka seminaris, para calon pastor itu, bisa menderita kurang pangan dan gizi. 

"Harga bahan makanan di pajak mahal," keluh Suster Yovita. "Karena itu kadang-kadang pastor pergi belanja sayuran ke Saribudolok." Di sana, di tepi jalan, banyak petani menjual sayur-mayur.

"Apakah lebih murah di sana?" selidikku.

"Jauh lebih murah. Kalau di pajak harga sayur putih delapan ribu rupiah per kilo, di Saribudolok bisa dapat tiga ribu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun