Memasak Skala Besar
Memasak makanan untuk para seminaris terbilang kegiatan skala besar. Tiga kali sehari Suster Yovita dan stafnya harus memasak untuk 200 orang seminaris, belum terhitung pastor, bruder, suster, dan staf dapur.Â
Itu seperti memasak makanan untuk sebuah pesta sebenarnya. Nasi misalnya, sekali masak 30 kg. Atau 40 kg khusus pada hari Kamis dan Minggu. "Sebab lauknya daging, enak, sehingga seminaris makan nasi lebih banyak," kata Suster Yovita.
Dulu nasi ditanak menggunakan dua dandang besar dengan api gas. Sekarang sudah lebih modern, menggunakan heavy duty rice cooker berbahan bakar gas merek Zeppelin. Tinggal mengisikan beras dan air pada susunan nampan (tray), lalu nyalakan listrik rice cooker, maka nasi akan tanak terkukus dalam waktu 40-60 menit.
Untuk memasak lauk dan sayur, dapur SMCS masih mengandalkan kuali besar dengan api gas. Sedemikian besar kuali itu sehingga cukup sekali masak lauk atau sayur daja untuk konsumsi 200 orang.
Pembagian kerja di dapur SMCS itu sangat ketat. Sudah jelas siapa yang bertanggung-jawab menanak nasi, memasak lauk, memasak sayur, menyiapkan bumbu, menyiapkan buah, dan menyajikan makanan di ruang makan. Tentu semua itu di bawah dirigensi Suster Yovita sebagai kepala dapur.Â
Staf dapur hanya merdeka dari urusan cuci piring. Itu tugas seminaris. Secara bergilir dalam kelompok, seminaris wajib cuci piring, mangkuk, dan sendok-garpu setiap kali selesai makan (pagi, siang, malam).Â
Dapur adalah tempat yang paling sibuk di SMCS. Kegiatan memasak di situ sudah dimulai sejak subuh untuk menyiapkan sarapan pagi pukul 07.00 WIB. Menunya sederhana: nasi, sayur, dan olahan tahu/tempe atau ikan teri. Pukul 09.00 WIB mulai lagi memasak untuk makan siang pukul 13.00 WIB. Lalu pukul 16.00 WIB mulai lagi menyiapkan makan malam pukul 19.00 WIB. Jadwal makan sudah paten macam itu, tak boleh telat.