Tapi berdasar pengalamannya, dia berulang kali mengingatkan begitu terjadi gejala stroke, seringan apapun itu, langsung pergi ke rumah sakit untuk penanganan. Jangan sampai telat, akibatnya fatal. Jangan sekali-sekali pergi ke penyembuh alternatif, dukun sakti, tukang urut, apalagi mak erot.Â
Kang Budi benar belaka. Bertahun-tahun lalu seorang paklikku terkena stroke saat nonton siaran bola di TV. Lalu anak laki sulungnya berupaya menyembuhkan pakai tenaga dalam. Gagal! Akhirnya paklik masuk rumah sakit. Telat sudah. Paklik berpulang. "Kami sudah berusaha sekuat tenaga," kata anak laki sulungnya itu. Astaga, nyebut, dik!
***
Inilah tiga resep hidup normal bagi penyintas stroke ala Kang Budi: selalu keluyuran jalan kaki, biasakan jajan di warung pinggir jalan, dan setia menulis artikel di Kompasiana.
Itu bukan karangan saya, lho. Kang Budi sendiri yang memberi teladan.
Perhatikan topik artikel-artikelnya di Kompasiana. Â Banyak artikel laporan jalan kaki pagi ke sudut-sudut kota Bogor, lalu makan dan minum yang sedap-sedap di warung tepi jalan, pasar, atau terminal? Sedap-sedap? Ya, dia bilang dalam tulisannya begitu.Â
Tentang jalan kaki, dengan segala tantangannya, okelah. Kekuatan kaki adalah kunci sehat. Begitu malas jalan kaki, tak berapa lama pasti lumpuh di kursi roda, lalu ujungnya tidur abadi. Saya sedang bicara tentang seorang anggota keluarga besarku.
Tapi makan dan minum yang sedap-sedap? Gak bahaya, ta. Kan ada riwayat stroke.Â
Kang Budi adalah falsifikasi pandangan penyintas stroke dilarang makan sedap-sedap. Kuncinya, kata Kang Budi, takaran makanan dan minuman. Dan jangan lupa minum obat penetral kandungan jahat makanan.Â
Begitulah cara Kang Budi merawat kesehatan tubuhnya. Dan terbukti, dia masih kuat keluyuran dalam kota dan antar kota. Naik turun angkot, bus, dan kereta. Zonder kecopetan.Â
Lalu untuk merawat kesehatan otak, pikiran, Kang Budi setia menulis di Kompasiana. Tentu bukan hanya tentang cerita keluyuran dan makan-makan. Tapi juga cerita seputar kerja pemborong, konstruksi, kesehatan, dan usaha khususnya kuliner. Dia juga menulis cerpen dan puisi, walau tak sebagus cerpen Umar Kayam atau puisi Rendra.