Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menulis Sampai Mati di Kompasiana

17 Oktober 2024   07:58 Diperbarui: 19 Oktober 2024   13:49 1084
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis (freepik.com)

Karena itu menulis, bila fokus pada hal ini, adalah hak setiap orang. Terpulang pada masing-masing oranglah, apakah akan menggunakan haknya itu atau tidak

Aku pilih menggunakan hakku menulis. Itu artinya aku mengembangkan talenta menulis yang dikaruniakan Tuhan untukku.

Bolehkah tidak menggunakan hak atau tak mengembangkan talenta menulis itu? Boleh-boleh saja. Tapi rasanya kok sombong banget, ya. Tuhan sudah murah hati memberi talenta, kok aku menampiknya. 

Dulu, sebelum berkompasiana, aku menulis artikel di koran dan majalah. Lumayan sebenarnya karena diganjar honorarium Rp 600,000 - Rp 1,000,000 per artikel.

Hingga kemudian Kompasiana ini datang ke dalam hidupku dengan cara tak disangka. Seperti seorang jomlo jatuh tersandung dan, ketika bangkit, di depannya sudah berdiri gadis jodohnya.

Begitulah, suatu sore tahun 2014 aku berselancar di internet, eh, ketemu Kompasiana. Langsung jatuh cinta pada bacaan pertama. Ya, sudah, ikat janji menjadi kompasianer.

Boleh dikata, Kompasiana ini jodohku untuk menjalani hak menulis. Karakternya cocok dengan diriku yang anarkis. Tak suka dengan segala batasan teoritis dan teknis tentang menulis. Terserah aku mau menulis apa, kapan, dan dengan cara bagaimana.

Yang penting, nah ini koridorku, tulisan itu harus logis, etis, dan (sedapat mungkin) estetis. 

Sebab kalau sebuah tulisan tidak logis, tidak etis, dan tidak estetis, berarti penulisnya sedang mempermalukan diri sendiri sekaligus menghina kecerdasan pembaca.

Topik Tulisanku

Lalu, aku menulis apa di Kompasiana.

Sudah kubilang tadi, kan? Aku menulis apa saja yang kumau. Dari soal seremeh pengalaman Poltak beli ikan asin di pasar sampai perkara seserius ensiklik Paus Fransiskus. Mulai dari sejijay kencing yang diklaim bermartabat hingga sekeren krisis ekologi manusia Kaldera Toba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun