Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menulis Sampai Mati di Kompasiana

17 Oktober 2024   07:58 Diperbarui: 19 Oktober 2024   13:49 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menulis (freepik.com)

Tapi relasi seperti itu umumnya tidak semata karena menulis di Kompasiana. Lazimnya Kompasianer itu juga punya keterkaitan dengan organisasi atau kelompok yang mengundangnya. Entah itu pertemanan atau keanggotaan dalam satu organisasi. 

Kalau bukan uang, nama, atau relasi, lalu apa hasil yang kuperoleh dari menulis di Kompasiana?

Tambah cerdas, dalam arti tambah ilmu-pengetahuan. Itu hasil atau manfaat utama yang kudapatkan.

Penjelasannya begini. Jelek-jelek, aku ini masih seorang sosiolog (pedesaan). Nah, setiap kali menulis artikel, aku selalu menggunakan konsep atau teori sosiologi sebagai kerangka pikir. 

Itu dampaknya ganda. Pertama, aku harus mempelajari kembali konsep-konsep dan teori-teori sosiologi untuk mendapatkan kerangka pikir yang pas guna analisis fakta sosial, isi pokok artikel. Kadang juga aku harus mencari konsep atau teori baru, yang belum pernah kupelajari sebelumnya. 

Dengan cara itu pengetahuan konsep dan teori sosiologiku bertambah. 

Kedua, penerapan konsep atau teori dalam analisis (fakta) sosial mempersyaratkan keahlian metode riset. Implikasinya, setiap kali aku menulis artikel aku harus belajar lagi metode riset sosial, baik yang lama maupun yang baru. Dengan begitu pengetahuan, pemahaman, dan kemampuanku dalam aplikasi metode riset sosiologi terbarui terus-menerus. Itu artinya aku tambah cerdas, kan?

Ketiga, dengan menulis artikel berbasis riset sosiologis, entah itu analisis isi (content analysis) atau data empiris, aku mengalami proses pembentukan pengetahuan baru. Banyak hal-hal baru yang kutemukan, sekurangnya belum kuketahui sebelumnya.

Sebagai contoh saja, tentang etnis Batak Toba. Walau aku asli etnis Batak, tadinya pengetahuanku tentang masyarakat Batak minim sekali. Itu alasanku untuk mulai memusatkan perhatian pada penulisan artikel tentang etnis Batak. 

Belakangan aku menggunakan kerangka pikir ekologi manusia untuk mempelajari etnis Batak. Maka lahirlah artikel-artikel kajian ekologi manusia (Batak) Kaldera Toba. Kajian ini memeriksa interaksi triangular geologi, biologi dan sosiologi dalan konteks pembentukan ekologi manusia Kaldera Toba.

Kajian itu jelas memberikan pengetahuan baru bagiku tentang ekologi manusia Batak di Kaldera Toba. Sesuatu yang tak pernah kupikirkan sebelum menulis di Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun