Demikianlah belakangan ini artikel-artikelku terpumpun pada satu topik utama yaitu ekologi manusia Kaldera Toba. Topik ini mencakup pembahasan unsur-unsur geologi, biologi (hayati), dan sosiologi (budaya) berikut interaksi triangular antara ketiganya yang bisa bersifat konstruktif ataupun destruktif terhafap ekologi Kaldera Toba.Â
Sekali lagi, itu fokus utama, ya. Sebab aku juga sesekali masih menulis tentang hal-hal lain yang menurutku menarik dan perlu dibagikan ke ruang publik. Sebagai contoh, topik ajaran Paus Fransiskus yang baru saja berkunjung ke negeri kita.
Manfaat Menulis
Menulis sampai bangkotan di Kompasiana, manfaatnya apa bagiku.
Uang? Jika dikumpul-kumpul hadiah lomba tulis dan K-Rewards selama 10 tahun ini, nilai rupiah yang kudapatkan dari menulis 2,034 artikel masih lebih kecil dibanding honorarium 10 artikelku di media massa.
Jelas sudah, uang bukan manfaat terpenting bagiku untuk tetap menulis di Kompasiana. Lagi pula jika dihitung-hitung, secara keuangan aku sebenarnya tekor menulis di media ini.Â
Nama? Aneh kalau berharap bisa terkenal lewat kegiatan menulis di Kompasiana. Kalau mau terkenal, jalan paling efektif kini adalah menjadi Tiktoker dan Youtuber.Â
Atau, kalau tetap mau terkenal di jalur kepenulisan, lebih efisien dan efektif lewat jalur Instagram, X, Facebook. dan Threads. Tulis cerita bersambung horor, selingkuh, gosip, atau hal-hal kontroversial. Sangat mungkin tulisan-tulisan itu menjadi viral sehingga penulisnya terkenal.
Di Kompasiana ada sejumlah rekan yang artikelnya viral, dibaca puluhan ribu, ratusan ribu, bahkan jutaan orang (unit view). Tapi mereka gak jadi orang terkenal, tuh. Paling juga terkenal sesaat -- terbatas di antara sesama kompasianer -- karena mendapat K-Rewards jutaan rupiah. Banyak yang minta ditraktir -- dasar mental gratisan.
Jadi nama sohor bukanlah manfaat yang bisa diharapkan lewat kegiatan menulis di Kompasiana.Â
Relasi? Ya, menulis di Kompasiana memang bisa membuka relasi sosial dengan pihak lain. Semisal diundang satu organisasi atau kelompok sosial untuk berbagi pengalaman tulis-menulis artikel.
Cukup banyak Kompasianer yang melaporkan dirinya menjadi narasumber webinar, seminar, lokakarya, atau diskusi perihal tulis-menulis. Aku sendiri juga pernah mengalaminya.Â