Sebuah tim kecil PGU kemudian melakukan pendampingan literasi selama tiga hari bagi 132 orang seminaris SMCS (31 Mei - 2 Juni 2024). Fokusnya kemampuan dasar menganggit tulisan dan merancang majalah daring sebagai wahana agihannya. Fasilitatornya Mas Damar Juniarto, pendiri Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) dan aku sendiri, blogger amatir Kompasiana.com.
Hanya Yesus yang dengan satu kalimat mampu mengubah air menjadi anggur. Berharap para seminaris langsung jago tulis dan bikin majalah setelah diceramahi "ilmu tulis" beberapa jam adalah bentuk kesombongan, menantang Tuhan.
Intinya, aku hanya berusaha meyakinkan para seminaris itu bahwa kemampuan menulis itu talenta dari Tuhan bagi setiap orang. Dosa bila tak dikembangkan di jalan logika, etika, dan estetika. Lalu Mas Damar, lewat praktek, berusaha membuktikan bahwa mereka bisa,merancang dan menerbitkan majalah daring sendiri.
Aku tidak tahu berapa persen paparan Mas Damar dan ceramahku yang nyangkut di benak para seminaris itu. Tapi jelas kulihat gurat semangat dan sukacita menghiasi wajah anak-anak kelas 1 dan 2 SMA itu. Maka aku yakin, Roh Kudus sedang bekerja di dalam kepala mereka.
Mukjizat Liburan Semester
"Selama liburan nanti, sejumlah seminaris akan menulis pengalaman liburan mereka. Bisakah bikin link untuk mendiskusikan tulisan-tulisan itu?" Pesan WA dari Pastor Venan, 16 Juni 2024.Â
Lalu aku membuatkan WAG SMCS MENULIS sebagai wadah diskusi. Anggotanya adalah 15 orang seminaris yang berniat menulis pengalaman libur. Ditambah Pastor Venan, Mas Damar, Mas Fatma (Ketua PGU), dan aku sendiri. Seminaris diminta untuk membagikan tulisannya di situ.
"Bebaskan saja mereka menulis apapun dengan caranya sendiri, Pastor." Aku mengusulkan rambu "tanpa batasan". Sungguh, aku tak ingin otak kreatif seminaris Gen Z itu terpenjara oleh pikiran indoktrinatif Gen Baby Boomers.
Hal itu mengikuti nasihat guruku Prof. Sayogyo (alm.), Sosiolog IPB, "Bebaskan mahasiswa menulis apa yang dia mau. Tapi pastikan dia menulis dalam koridor kaidah ilmiah." Kelak aku tahu kaidah yang dimaksud adalah logika, etika, dan estetika.
Sudah seminggu sejak hari pertama liburan (21 Juni 2024), belum ada satupun draft tulisan yang dibagikan di WAG. Dua mingguan lagi, tepatnya 13 Juli 2024, liburan usai. Lalu kapan lagi para seminaris itu punya waktu menulis.Â
Kecemasanku ada dasarnya. Kalau sudah masuk sekolah, akses seminaris pada ponsel menjadi terbatas. Buka ponsel hanya dibolehkan sekali seminggu, tepatnya pada hari Minggu. Karena mereka menulis pakai perangkat ponsel, otomatis kesempatan menulis menjadi sempit.Â