Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"Surat", Kisah Jibaku Penerbitan E-Magazine Seminari Menengah Siantar

27 Agustus 2024   16:26 Diperbarui: 28 Agustus 2024   11:05 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tampak depan gedung lama SMCS Pematang Siantar (Dok. Pribadi)

Sebuah tim kecil PGU kemudian melakukan pendampingan literasi selama tiga hari bagi 132 orang seminaris SMCS (31 Mei - 2 Juni 2024). Fokusnya kemampuan dasar menganggit tulisan dan merancang majalah daring sebagai wahana agihannya. Fasilitatornya Mas Damar Juniarto, pendiri Southeast Asia Freedom of Expression Network (SAFEnet) dan aku sendiri, blogger amatir Kompasiana.com.

Hanya Yesus yang dengan satu kalimat mampu mengubah air menjadi anggur. Berharap para seminaris langsung jago tulis dan bikin majalah setelah diceramahi "ilmu tulis" beberapa jam adalah bentuk kesombongan, menantang Tuhan.

Intinya, aku hanya berusaha meyakinkan para seminaris itu bahwa kemampuan menulis itu talenta dari Tuhan bagi setiap orang. Dosa bila tak dikembangkan di jalan logika, etika, dan estetika. Lalu Mas Damar, lewat praktek, berusaha membuktikan bahwa mereka bisa,merancang dan menerbitkan majalah daring sendiri.

Aku tidak tahu berapa persen paparan Mas Damar dan ceramahku yang nyangkut di benak para seminaris itu. Tapi jelas kulihat gurat semangat dan sukacita menghiasi wajah anak-anak kelas 1 dan 2 SMA itu. Maka aku yakin, Roh Kudus sedang bekerja di dalam kepala mereka.

Tampak depan gedung lama SMCS Pematang Siantar (Dok. Pribadi)
Tampak depan gedung lama SMCS Pematang Siantar (Dok. Pribadi)

Mukjizat Liburan Semester

"Selama liburan nanti, sejumlah seminaris akan menulis pengalaman liburan mereka. Bisakah bikin link untuk mendiskusikan tulisan-tulisan itu?" Pesan WA dari Pastor Venan, 16 Juni 2024. 

Lalu aku membuatkan WAG SMCS MENULIS sebagai wadah diskusi. Anggotanya adalah 15 orang seminaris yang berniat menulis pengalaman libur. Ditambah Pastor Venan, Mas Damar, Mas Fatma (Ketua PGU), dan aku sendiri. Seminaris diminta untuk membagikan tulisannya di situ.

"Bebaskan saja mereka menulis apapun dengan caranya sendiri, Pastor." Aku mengusulkan rambu "tanpa batasan". Sungguh, aku tak ingin otak kreatif seminaris Gen Z itu terpenjara oleh pikiran indoktrinatif Gen Baby Boomers.

Hal itu mengikuti nasihat guruku Prof. Sayogyo (alm.), Sosiolog IPB, "Bebaskan mahasiswa menulis apa yang dia mau. Tapi pastikan dia menulis dalam koridor kaidah ilmiah." Kelak aku tahu kaidah yang dimaksud adalah logika, etika, dan estetika.

Sudah seminggu sejak hari pertama liburan (21 Juni 2024), belum ada satupun draft tulisan yang dibagikan di WAG. Dua mingguan lagi, tepatnya 13 Juli 2024, liburan usai. Lalu kapan lagi para seminaris itu punya waktu menulis. 

Kecemasanku ada dasarnya. Kalau sudah masuk sekolah, akses seminaris pada ponsel menjadi terbatas. Buka ponsel hanya dibolehkan sekali seminggu, tepatnya pada hari Minggu. Karena mereka menulis pakai perangkat ponsel, otomatis kesempatan menulis menjadi sempit. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun