Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Artikel Utama

Gudeg Semarang, Pertanyaan tentang Koyor yang Tak Terasakan

20 Agustus 2024   17:46 Diperbarui: 21 Agustus 2024   14:33 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbak Tum dan pelayan warung sedang menyiapkan gudeg pesanan pelanggan (Dokumentasi Pribadi)

Memang tak segalanya selalu sempurna. Itu sebabnya dunia ini indah. Seperti indahnya tupai melayang jatuh.

Rasa yang Tak Terasakan

Aku tak perhatikan jarum arloji saat usai makan gudeg koyor Semarang Mbak Tum di emperan toko itu. Mungkin sudah lewat pukul 9 malam. Waktunya kembali ke Tembalang.

Di dalam "mobol" -- mobil ojek berbasis online -- menuju Tembalang.

"Reimburse, Ayah," anak gadisku menagih uang ganti. Tadi dia yang membayar makanan. Karena yakin ayahnya pasti akan menganti, reimburse.

"Berapa?"

"Seratus dua puluh ribu."

"Ya, nanti."

Sambil mengamati lampu-lampu jalan berlarian ke belakang di luar mobol, sebuah tanya mondar-mandir di dalam batok kepalaku. Tentang sesuatu rasa yang kurang dari gudeg koyor yang baru saja kunikmati. 

"Ada yang kurang tapi apa, ya," pikirku.

"Tadi kita makan gudeg koyor Semarang, kan? " Aku bertanya untuk penegasan kepada istriku.

"Iya. Koyor itu pembeda utama gudeg Semarang dengan Yogya dan Solo." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun