Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Duduk di Ruang Tunggu Stasiun Tawang Semarang

17 Agustus 2024   21:09 Diperbarui: 18 Agustus 2024   10:20 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Langit-langit kubah Stasiun Tawang dipandang dari pangkal pilar penyangga struktur atap ( Dokumen Pribadi) 

Duduk menunggu sambil menikmati pemandangaan interior ruangan. Itulah hal terbaik yang selayaknya dilakukan di sebuah ruang tunggu. Apalagi dalam kondisi lelah plus terdera pilek ring.

Itu pulalah yang kulakukan di ruang tunggu Stasiun Tawang Semarang. Kusebut itu wisata duduk.

Ruang tunggu itu adalah titik tengah bangunan stasiun yang membujur 175 meter di sisi selatan rel. Mengusung arsitektur gaya Hindia Baru (1900-an awal), struktur ruang tunggu Stasiun Tawang tampak kokoh, tegas, megah, tapi tetap menyiratkan keindahan arsitektur Eropa. 

Pintu ruang tunggu Stasiun Tawang mengusung gaya arsitektur romanesque, khas Eropa (Dokumentasi Pribadi)
Pintu ruang tunggu Stasiun Tawang mengusung gaya arsitektur romanesque, khas Eropa (Dokumentasi Pribadi)

Ciri arsitektur Eropa kentara pada pintu-pintu ruang tunggu yang bergaya romanesque. Pintu besar, masif, dengan lengkungan setengah lingkaran pada bagian atas kusen pintu. 

Langit-langit tinggi, dengan empat pilar beton penyangga struktur atap di tengah ruangan, juga mencirikan arsitektur Eropa kolonial. Atap ruang tunggu, atau lobby utama itu berbentuk limas segi empat. Langit-langit yang tinggi itu mestinya jaminan udara sejuk. Tapi hawa panas rupanya sudah "bawaan orok" udara Semarang.

Langit-langit kubah Stasiun Tawang dipandang dari pangkal pilar penyangga struktur atap ( Dokumen Pribadi) 
Langit-langit kubah Stasiun Tawang dipandang dari pangkal pilar penyangga struktur atap ( Dokumen Pribadi) 

Memandang langit-langit kubah itu tepat tegak lurus dari bawah adalah pengalaman menakjubkan. Barisan lubang-lubang ventilasi berbentuk persegi panjang membentuk harmoni yang indah dengan empat tulangan atap kubah yang membentuk citra salib. 

Cahaya matahari sore yang menerobos jendela kaca sekeliling kubah menimbulkan kesan dramatis sekaligus agung. Berdiri tepat di bawahnya terasa kecil tapi juga merasa aman terlindung.

Berbeda dengan arsitektur gaya art deco yang datang kemudian, interior dan eksterior ruang tunggu Stasiun Tawang hemat detail dekorasi. Tidak ada ornamen dekoratif yang terkesan involutif.

Jika ada ornamen dekoratif, maka itu tak lebih dari konstruksi bata rolaag di atas pintu dan jendela dan komposisi keramik glazur pada dinding dan kolom tembok. Paduan bata rolaag dan keramik glazur itu menerakan nilai artistik pada ruang tunggu. Warna hijau dan krem dari keramik glazur memberi kesan klasik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun