Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Artikel Utama

Akankah Jakarta Menjadi Kuburan Bahasa Batak Toba?

11 Agustus 2024   20:15 Diperbarui: 12 Agustus 2024   12:58 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suku Batak Toba, di Desa Huta Tinggi, Samosir, Sumatera Utara (DOK.Shutterstock/Intansin via KOMPAS.com)

Tapi tesis "Jakarta kuburan bahasa Batak" mungkin sedikit berlebihan. Sebab masih ada sedikitnya tiga institusi kebatakan yang mempertahankan penggunaan bahasa Batak di Jakarta.

Pertama, upacara adat Batak. Entah itu upacara adat kelahiran, perkawinan, ataupun kematian. Semuanya masih menggunakan bahasa Batak sebagai bahasa pengantar. 

Sekaligus upacara adat itu mempertahankan Dalihan Natolu, tatanan sosial asli orang Batak: hula-hula (pemberi istri), dongan tubu (saudara sedarah), dan boru (penerima istri).

Kedua, perkumpulan semarga. Di Jakarta eksis begitu banyak punguan marga anu dohot boru/bere -- perkumpulan marga anu dengan boru/bere (bere, keturunan boru).

Perkumpulan-perkumpulan Batak semarga itu kerap mengadakan pertemuan. Dalam pertemuan-pertemuan itu bahasa Batak lazim digunakan sebagai bahasa pengantar.

Ketiga, gereja Huria Kristen Batak Protestan (HKBP). Salah satu kekhasan HKBP adalah penggunaan bahasa Batak Toba sebagai bahasa ibadah/liturgi. Memang di Jakarta kini ada juga gereja HKBP yang memberi layanan ibadah berbahasa Indonesia. Tapi ibadah dalam bahasa Batak tetap yang pertama dan utama.

Tiga institusi khas Batak Toba itu boleh dibilang sebagai benteng terakhir bahasa Batak di parserahan, tanah rantau, termasuk di Jakarta secara khusus.

Hasahatan

Lantas apa yang bisa disimpulkan?

Di kalangan orang Batak Jakarta, eksistensi bahasa Batak sebagai bahasa kerja, pergaulan, dan keluarga batih cenderung melemah atau memudar.

Namun, berkat kehadiran institusi-institusi kebatakan, bahasa Batak masih tetap bertahan sebagai bahasa adat dan ibadat.

Bagaimanapun, kesimpulan di atas harus dianggap sebagai hipotesis. Masih perlu diuji lewat sebuah riset sosial saintifik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun