Terlebih Pagarbatu. Situs megalitikum atau kampung tua ini tenggelam oleh popularitas Situs tinggalan peradaban megalitikum di Siallagan dan Tomok. Walau sudah dibuka untuk umum, Pagarbatu kini seakan dilupakan.
Padahal dari segi kelengkapan artefak pemukiman tua orang Batak, situs Pagarbatu itu lebih representatif ketimbang Desa Adat Siallagan dan Makam Raja-raja Sidabutar Tomok. Pagarbatu itu adalah situs huta, kampung tua khas Batak. Dia dibangun pada sebuah bukit dengan struktur punden berundak tiga. Tiga undakan itu mencerminkan tiga lapis dunia dalam kosmologi Batak: banua ginjang (atas), banua tonga (tengah), banua toru (bawah).
Di Pagarbatu, puncak bukit menjadi undakan ketiga, representasi banua ginjang. Di situ ada kubur batu raja, arca batu monolit pangulubalang (roh penjaga kampung), dan arca batu boru nagojong (roh penghakiman).
Undakan kedua, di tengah, adalah reptesentasi banua tonga, tempat manusia bermukim atau berumah. Tembok undakan kedua itu menyatu dengan dinding batu raksasa, disebut Parik Debata (Tembok Tuhan), simbol perlindungan dari Mulajadi Nabolon, Dewata Agung Batak.
Lalu undakan terbawah, representasi banua toru, adalah areal kebun kampung dan -- melebar ke sekelilingnya -- areal persawahan.
Menariknya di situs yang berada di pantai timur Samosir ini terdapat sebuah gua yang disebut Liang Marlangkup (Gua Bertutup). Konon gua itu -- tempat persembunyian -- tembus ke arah barat, tepatnya ke Desa Tanjungan di punggung Pulau Samosir, tempat danau Aek Natonang berada.
Karena itu, jika hendak menggeser fokus pengembangan wisata dari utara ke selatan Pulau Samosir, maka Poros Pagarbatu - Aek Natonang paling layak dikembangkan sebagai destinasi "baru".
Disebut "poros" karena di masa lalu, sampai sekitar abad ke-18, Aek Natonang dan Pagarbatu itu satu kesatuan "kerajaan" Tanjungan. Baru di masa merdeka keduanya dipisah menjadi dua desa yaitu Tanjungan (Aek Natonang) dan Pardomuan (Pagarbatu).
Banyak sejarah masa lalu yang belum terungkap tentang Pagarbatu dan Aek Natonang. Keduanya dahulu bagian dari "kerajaan" Tanjungan, wilayah kekuasaan marga raja Situmorang. Informasi lokasi tersebut harus dihimpun dan disusun menjadi sebuah tuturan (story telling) tentang sistem huta, tatanan asli masyarakat Batak.
Boleh dipertimbangkan paket wisata seperti ini. Pengunjung diajak untuk mengalami dan menyelami kehidupan sosial orang Batak di Pagarbatu pada masa lalu. Detail sistem-sistem sosial-budaya, ekonomi pertanian, politik kerajaan, dan religi Batak dijelaskan berdasar artefak yang ada di sana.Â