Tao Sidihoni itu adalah serenitas eksotis yang bersembunyi di punggung Pulau Samosir, sepi dalam bingkai hijau pulau dan biru Danau Kaldera Toba. Berada di wilayah Kecamatan Ronggurnihuta, pada ketinggian 1,300 mdpl, Sidihoni terbilang tempat yang paling hening dan damai di Pulau Samosir.
Sidihoni dalam pandangan mata adalah sebuah danau mungil nan elok yang dikitari perbukitan padang sabana, dengan hiasan barisan pohon pinus yang berdesau saat angin bertiup.
Sungguhpun keindahan Sidihoni tak tepermanai, keutamaan relung ekologis ini sejatinya bukanlah itu, melainkan serenitasnya. Kedamaian dan keheningan alam, itulah nilai utamaannya. Sedangkan keindahan panoramik yang tampak mata itu adalah piguranya.
Dengan keutamaan seperti itu maka Sidihoni layak dikembangkan menjadi Kawasan Wisata Serenitas. Memang terkesan anti-tesis pada wisata yang lazim riuh. Â Tapi sudah ada contoh yang mirip yaitu wisata (ziarah) rohani. Â
Hanya saja, ada bedanya. Destinasi wisata rohani lazimnya dikunjungi pelancong dari kalangan umat beragama tertentu. Semisal pengunjung Gua Maria Dolok Nagok, Palipi Samosir umumnya adalah umat Katolik. Sementara wisata serenitas berlaku umum untuk semua orang yang ingin mereguk kedamaian dan keheningan alami. Tak perduli apapun agamanya atau status sosialnya.
Adakah orang yang membutuhkan kedamaian dan keheningan?  Banyak, terlalu banyak malahan. Mereka adalah warga kota yang jenuh karena  energi dan emosinya terkuras oleh rutinitas kerja yang monoton. Orang-orang seperti itu membutuhkan suatu tempat yang damai dan hening untuk memulihkan energi dan emosinya.
Sidihoni sangat tepat dikembangkan menjadi kawasan wisata serenitas untuk memenuhi kebutuhan itu. Sekitar danau dapat dibangun sopo-sopo Batak untuk keperluan meditasi individual dan kelompok, atau untuk duduk menenangkan diri atau mungkin sekadar mencari inspirasi.
Juga sangat bagus jika dibangun sebuah menara pandang tiga-lantai di sana. Tiga lantai yang mencerminkan tiga lapis banua menurut kosmologi Batak asli: Banua Toru (Bawah, alam roh), Banua Tonga (Tengah, alam manusia), dan Banua Ginjang (Atas, alam Dewata).
Sidihoni tak jauh dari Pangururan, hanya sekitar 14 km atau 30 menit berkendara. Karena itu tak perlu membangun hotel di sana. Cukup mengembangkan rumah-rumah warga menjadi home stay pedesaan yang layak huni. Â
Lalu perlu juga mengembangkan rumah makan khas Batak ramah semua golongan, dengan menu tanpa daging babi dan anjing. Sebab serenitas Sidihoni harus terbuka dicecap semua orang. Jangan ada halangan.