Di Samosir sudah ada sedikitnya dua contoh kreasi destinasi atau obyek wisata baru dengan cara memberi kebaruan pada yang lama. Tentu itu bukan semacam anggur baru dalam botol lama. Tapi benar-benar mengubah karakter dan tampilan destinasi itu menjadi sesuatu yang baru, tak ada sebelumnya.
Pertama, Waterfront City Pangururan. Destinasi ini berada di garis pantai teluk Aek Natio, di sisi barat kota Pangururan. Resmi dibuka tahun 2024 yang lalu, jalur Waterfront sepanjang 1.6 km ini tadinya adalah tepi danau yang tak terurus. Jorok tercemar oleh limbah kota, pasar, pertanian, dan rumahtangga. Tutupan eceng gondok meluas di situ.Â
Tapi kini jalur pantai kota itu telah disulap menjadi "muka kota yang modern". Dia menjadi jalur etalase budaya, pertunjukan, sekaligus ruang publik. Ada monumen dewi Boru Saniangnaga dan dewa Boraspati Ni Tano di situ, totem ragam etnis dunia, dan museum batuan hasil erupsi Gunung Toba. Juga ada panggung seni-budaya, relung rohani, dan pertunjukan "air menari". Â
Jalur pantai itu kini telah menjadi destinasi wisata baru. Dengan konsep one stop tourism, pengunjung bisa menikmati beragam obyek di sana. Sambil jalan pagi menyongsong matahari terbit atau jalan sore mengantar matahari terbenam.
Kedua, Patung Yesus di Bukit Sibea-bea. Destinasi wisata rohani ini berada di pucuk Bukit Sibea-bea, Desa Turpuk Sihotang. Ikonnya adalah patung Yesus membentangkan tangan, dalam balutan warna putih, setinggi 61 meter. Inilah patung Yesus tertinggi di dunia saat ini.
Bukit Sibea-bea sebelumnya adalah bukit biasa. Sama seperti umumnya bukit-bukit di sisi barat Kaldera Toba, bukit itu tadinya ditumbuhi ilalang dan semak-belukar saja. Jika ada nilai lebihnya, maka itu adalah pemandangan yang indah langsung ke danau, Gunung Pusukbuhit, Â dan pulau Samosir. Tapi dulu tak ada wisatawan yang sudi mendatangi tempat itu.
Sejak dibuka tahun 2023, walau belum diresmikan, Patung Yesus di Bukit Sibea-bea sudah ramai dikunjungi wisatawan. Patung Yesus itu sendiri adalah suatu kebaruan yang menjadi penanda tempat itu sebagai lokus wisata rohani.
Walau mengusung tema wisata rohani, pengunjung yang datang ke sana tak hanya umat Kristiani. Umat beragama lain juga datang ke sana untuk merasakan dan meresapi suasana keagungan Tuhan di atas keindahan alam danau Kaldera Toba. Orang tak hanya datang ke sana untuk memuliakan Yesus Kristus, tetapi juga untuk bersyukur kepada Tuhan Allah atas keindahan yang dikaruniakan-Nya.
Berdasar dua contoh di atas, dengan pendekatan yang sama, saya ingin berbagi gagasan tentang pengembangan empat destinasi atau obyek wisata "baru" di wilayah Kabupaten Samosir.