Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Menulis Itu Hak Setiap Orang: Catatan Penguatan Literasi Digital di Seminari Siantar

18 Juni 2024   11:21 Diperbarui: 19 Juni 2024   10:30 959
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para seminaris SMCS Pematang Siantar tekun mengikuti kegiatan penguatan literasi digital (Dokumentasi Pribadi)

Nilai logika mesti terbaca pada kalimat-kalimat dan paragraf-paragraf yang membentuk sebuah tulisan. Sebab kalimat adalah rangkaian kata yang membentuk makna. Paragraf adalah rangkaian kalimat yang membentuk penjelasan konsisten tentang satu ide kecil. Lalu tulisan adalah rangkaian paragraf yang membangun narasi sistenatis dan masuk akal tentang suatu isu pokok. 

Satu dari sekian banyak cara untuk memastikan nilai logika pada tulisan adalah ketersediaan data pendukung. Entah itu data primer atau sekunder, kualitatif atapun kuantitatif. Sebab tanpa dasar data (ataupun fakta), sebuah tulisan berisiko jatuh menjadi omong kosong, kalau bukan bohong.

Tapi logika saja tak cukup. Suatu tulisan juga harus etis. Dasarnya kemampuan menulis itu adalah talenta dari Tuhan. Sesuatu yang berasal dari Tuhan baik adanya (Yakobus 1:17). Karena itu setiap orang punya kewajiban moral menggunakannya untuk kebaikan bagi sesama (bonum commune).

Menulis janganlah menjadi tindak kejahatan kepada sesama manusia dan dunia. Gamblangnya, menulisa dan tulisan mesti bersih dari motif-motif rasisme, diskriminasi, penistaan, penindasan, fitnah, dan hoaks. 

Juga, sebuah tulisan harus bersih dari unsur plagiat, kejahatan pencurian hak cipta penulis lain. Menulis sebagai laku berbagi kebaikan, mesti dilakukan dengan cara yang baik juga.

Tak hanya dengan cara yang baik, tapi sedapat mungkin juga secara indah. Di sini nilai estetika dikedepankan.

Estetika, dari segi kebahasaan, tentu menyangkut tata bahasa, atau khususnya pilihan diksi dan gaya bahasa. Itu hal-hal yang bisa dipelajari dalam proses menulis, menulis, dan menulis.

Penekanannya adalah pada sisi estetika eksistensi ala Foucault. Bahwa membagikan yang terindah dari diri kita pada sesama, bermakna penghargaan pada diri sendiri juga. Tulisan adalah sesuatu yang indah, cermin karakter, yang layak dibagiksn pada orang lain. 

Demikianlah, dapat diringkaskan, sebuah tulisan haruslah memuat argumen-argumen logis (berbasis data), menebar kebaikan untuk sesama (bonum commune), dan mencerminkan keindahan diri sebagai umat Tuhan (estetika ekstinsensi). 

Salah satu rancangan sampul e-magazine buatan para seminaris SMCS saat penguatan literasi digital (Dokumentasi Pribadi)
Salah satu rancangan sampul e-magazine buatan para seminaris SMCS saat penguatan literasi digital (Dokumentasi Pribadi)

Tulis, Tulis, dan Tulislah

Saat berdiskusi dengan seminaris Gen Z di SMCS itu, aku bertanya kepada mereka apakah membaca kisah-kisah anggitan H.C. Andersen dan Karl May? Tak ada yang angkat telunjuk, semua melongo. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun