"Kubilang juga apa, Prof," sorakku dalam hati. Tak sia-sia rasanya mempromosikan ihan kepada guruku itu.
Aku pikir, semua orang Batak (Toba) yang lahir dan tumbuh di Tanah Batak punya pemikiran yang kurang-lebih serupa denganku. Bahwa ihan itu jenis ikan yang paling istmewa dalam budaya masyarakat Batak. Bukan saja rasanya paling enak dari semua jenis ikan. Dia juga punya khasiat untuk penyembuhan sakit lahiriah dan rohaniah.
Ihan yang ditempatkan sebagai "ikan raja", ditinggikan harkatnya, dalam budaya Batak Toba. Ironisnya ikan tersebut kini terancam punah di Kaldera Toba. Menjadi pertanyaan, jika nilai ikan itu begitu tinggi dalam budaya Batak, lalu mengapa nasibnya kini mengenaskan seperti itu? Lantas bagaimana pula solusinya?
Ihan: Ikan Endemik Kaldera Toba
Ihan atau ikan Batak (Neolissochilus thienemanni, Ahl., 1933) itu endemik Danau Kaldera Toba dan sungai-sungai yang bermuara ke sana. Dia satu keluarga (Cyprinidae) dengan ikan mas (Cyprinus carpio) dan ikan semah (Tor spp). Ikan semah dikenal juga dengan nama lokal dengke (ikan) jurung-jurung (Batak), kancra (Sunda) atau tambra (Jawa).Â
Sepintas ihan tampak serupa dengan jurung-jurung. Tapi keduanya adalah ikan yang berbeda genus dan spesiesnya. Ihan itu berbadan pipih memanjang dan sisiknya berwarna keperakan dalam usia 6 bulan. Punggungnya cekung dan terdapat 10 sisik di depan sirip punggung. Pada gurat sisi terdapat 26 sisik. Sisik-sisik itu akan berwarna kuning kehijauan sesuai petambahan usia dan ukuran. [1]
Habitat ihan adalah air sungai yang jernih dan mengalir deras dari pegunungan, atau dasar danau bersih berarus deras. Suhu air idealnya 16-26 derajad Celsius. Aslinya itu adalah kualitas air di Kaldera Toba.
Aku punya pengalaman mengenal habitat asli ihan Batak. Kampungku, Panatapan, berada di hulu sebuah sungai yang bermuara di pantai Sionggang, sisi timur danau Kaldera Toba. Tahun 1960-an aku dan teman-teman punya kebiasaan memancing ikan atau memasang bubu di sungai itu. Kalau sangat beruntung, ada kalanya seorang di antara kami berhasil mendapatkan seekor ihan kecil. Itu kami anggap sebuah karunia.
Ihan bisa ditemukan di hulu sungai karena jenis ikan ini naik ke hulu untuk bertelur. Perilakunya seperti ikan salmon. Itu sebabnya ihan yang tertangkap di hulu sungai umumnya ukuran kecil atau anakan.
Tahun 1970-an akhir, saat SMA di Porsea, aku dan beberapa kawan punya kebiasaan berdiri di pinggir jembatan Porsea, memandangi aliran sungai Asahan yang jernih. Kerap kali kulihat di dasar sungai itu serombongan ihan mudur-udur, berenang dalam kawanan menentang arus.
Sekarang ihan di Kaldera Toba sudah sangat langka. Karena itu Kementerian Kelautan dan Perikanan RI menetapkannya sebagai spesies yang dilindungi penuh (Kepmen KKP No. 1/2021).