Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Kisah Pohon Jomlo di Bukit Beta Kaldera Toba

26 Februari 2024   04:56 Diperbarui: 26 Februari 2024   15:50 946
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi di sisi lain dia juga tak dikenal. Tak seorang pengunjung pun yang tahu nama (jenis) pohon itu. Sejak kapan dia berdiri di puncak bukit itu. Mengapa dia sendirian. Apa yang telah dialaminya, sehingga merunduk ke arah matahari terbenam, bukan ke arah matahari terbit.

Pohon jomlo itu sangat terkenal tapi sekaligus tak dikenal. Paradoks!

Seorang perempuan sedang menggoda pohon jomlo di Bukit Beta, Tuktuk Siadong, Pulau Samosir, Kaldera Toba (Foto: Instagram@Olin via Google Map)
Seorang perempuan sedang menggoda pohon jomlo di Bukit Beta, Tuktuk Siadong, Pulau Samosir, Kaldera Toba (Foto: Instagram@Olin via Google Map)

Masalah Kemiskinan Perkisahan 

Pohon jomlo di puncak Bukit Beta itu menderita kemiskinan perkisahan (storytelling). Itu masalah yang menghinggapi  banyak obyek wisata di Kaldera Toba.

Tak usah jauh-jauh. Ikhwal terbentuknya Bukit Beta itu saja tak banyak orang yang tahu. Warga setempat tahunya sejak mereka lahir bukit itu sudah ada. Fungsinya, ya, sebagai padang penggembalaan kerbau.

Maka tak heran bila pengunjung bisa menemukan sejumlah kerbau sedang merumput di situ. Atau berkubang di sejumlah kubangan yang terdapat di lereng bukit tersebut. 

Pengunjung mungkin heran mengapa rerumputan dibukit itu selalu pendek rapih seperti hasil pangkasan mesin. Tak diragukan lagi, itu adalah hasil kerja kerbau-kerbau yang merumput di sana. 

Tahi kerbau itu juga menjadi pupuk organik yang bagus. Bila turun hujan maka tahi kerbau yang teronggok di atas bukit akan terbawa aliran permukaan hingga merata ke rerumputan di lerengnya. Maka tambah suburlah padang rumput itu.

Kerbau-ketbau merumput di Bukit Beta, Tuktuk Siadong (Foto: Ricky Febriansyah via Google Map)
Kerbau-ketbau merumput di Bukit Beta, Tuktuk Siadong (Foto: Ricky Febriansyah via Google Map)

Historisnya, Bukit Beta itu adalah bagian dari kubah lava rio-dasitan di Tuktuk Siadong. Topografi Tuktuk yang berbukit-bukit itu aslinya adalah rangkaian gundukan lava beku hasil erupsi Gunung Toba 74.000 tahun lalu. Sebagian darinya terselimuti oleh endapan danau -- endapan dari masa daratan Samosir masih terendam di dasar danau Kaldera Toba hingga 30.000 tahun lalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun