Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dolok Partangisan, Saksi Bisu Perbudakan di Tanah Batak Tempo Dulu

17 Februari 2024   16:32 Diperbarui: 19 Februari 2024   06:52 4408
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta lokasi Desa Hutajulu, Pollung Humbahas (atas). Dolok Partangisan membentang antara HKBP Hutajulu dan HKBP Hutagalung, dengan vegetasi hutan (bawah) (Sumber: Google Map

Tapi apakah masyarakat Batak benar telah bersih dari noktah hitam sejarah budayanya itu? Sepanjang ingatanku, sampai tahun 1990-an  idiom partangga gogop, "pemilik anak tangga genap" masih hidup di tengah masyarakat Batak di Toba Holbung. Idiom itu merujuk pada keturunan hatoban, budak di masa lalu. 

Itu artinya orang Batak masih tetap melacak dan mencatat siapa saja keturunan budak di dalam masyarakatnya. Kendati statusnya bukan lagi budak, tapi perlakuan adat terhadap mereka masih diskriminatif. Semisal dalam acara-acara adat tidak boleh duduk atau berdiri di barisan depan. 

Dolok Partangisan kiranya bisa menjadi pengingat bagi orang Batak tentang noktah hitam, suatu episode biadab yang menista nilai manusia hingga lebih rendah dari hewan, dalam sejarah Batak. Dolok, juga rura di sana nesti jadi pengingat bahwa perbudakan telah mati dan dikuburkan di situ.

Status budak itu bukan takdir, melainkan konstruksi sosial, bentukan masyarakat sendiri demi pemenuhan kepentingan egoistiknya. Tak ada budak, tapi ada orang yang memperbudak sesamanya, lalu melabelinya sebagai budak, status yang lebih rendah dari hewan.

Sebuah pertobatan sosial, dengan menerima sesama sebagai setara, kiranya lebih dibutuhkan ketimbang menutup-nutupi fakta Dolok Partangisan yang memalukan itu. Janganlah hanya sebatas takut kencing di Dolok Partangisan. Tapi takutlah melekatkan terus-menerus label budak pada sesama orang Batak. (eFTe)

Catatan Kaki:

[1] Basyral Hamidi Harahap, "Gerakan Anti Perbudakan di Mandailing", mandailingonline.com (15/10/2015)
               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun