Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dolok Partangisan, Saksi Bisu Perbudakan di Tanah Batak Tempo Dulu

17 Februari 2024   16:32 Diperbarui: 19 Februari 2024   06:52 4375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peta lokasi Desa Hutajulu, Pollung Humbahas (atas). Dolok Partangisan membentang antara HKBP Hutajulu dan HKBP Hutagalung, dengan vegetasi hutan (bawah) (Sumber: Google Map

Di Dolok Partangisan itu terdapat satu spot area -- yang tak diketahui persis koordinatnya -- yang dijadikan pasar budak di masa lalu. Pemilik budak membawa budak-budaknya ke situ untuk dijual. Lalu calon pembeli dari daerah Humbang, Damosir, dan Toba Holbung datang ke situ membeli budak.

Nama Dolok Partangisan itu merujuk pada tumpahnya air mata kerabat budak, mana kala ada budak yang terjual dan dibawa pemilik baru ke kampung jauh yang entah di mana. Ada ratap perpisahan antara orangtua dan anak, antara saudara sedarah, atau antar sahabat sesama budak di situ. 

Ratap perpisahan di Dolok Partangisan itu adalah keniscayaan. Sebab sekali seorang budak dibawa pemilik baru ke kampung jauh, maka nasibnya tak akan pernah diketahui lagi. Apakah dia akan tetap hidup atau sebaliknya mati karena berbagai alasan.

Pasar budak di Dolok Partangisan itu, juga di tempat lain, sejatinya adalah noktah hitam dalam sejarah budaya Batak. Itu adalah sebuah pasar yang sepenuhnya hewani. Budak diperlalukan sebagai hewan. Tapi penjual dan pembelinya juga sebenarnya dikuasai oleh nafsu atau insting hewani.

Mengutip laporan Asisten Residen T.J. Willer, untuk kasus  Batak Mandailing, Basyral Hamidi Harahap telah menyajikan daftar harga budak dan ternak di pasar Panyabungan pada awal abad ke-19. Pada satuan harga tahil (1 tahil = 37.8 gram emas), berikut ini daftar harganya:

  • Budak gadis remaja = 5/4 tahil
  • Budak perempuan dewasa = 1/12 tahil
  • Budak remaja laki-laki = 1/2 tahil
  • Kerbau jantan = 3/4 tahil
  • Kerbau betina = 5/12 tahil
  • Anak kerbau = 1/6 tahil
  • Sapi dewasa = 1/6 tahil
  • Anak sapi = 1/12 tahil
  • Babi = 1/12 tahil
  • Anak babi = 1/48 tahil
  • Kambing dewasa = 1/12 tahil
  • Anjing gemuk = 6/577 tahil
  • Anjing kurus = 4/576 tahil.

Dari daftar harga itu diketahui budak gadis remaja paling mahal harganya (1.25 tahil). Di bawahnya harga budak remaja laki-laki (0.5 tahil). Paling murah adalah budak perempuan dewasa (0.08 tahil).

Fakta yang meremukkan nilai kemanusiaan terutama adalah harga budak perempuan dewasa. Berdasar daftar itu, harga seorang budak perempuan dewasa sama dengan harga seekor anak sapi, atau seekor babi, atau seekor kambing dewasa. Bahkan jauh lebih murah dibanding harga seekor ketbau jantan, atau kerbau betina, atau anak kerbau, atau sapi dewasa.

Begitupun harga seorang budak remaja laki-laki (0.5 tahil), ternyata lebih murah dibanding harga seekor kerbau jantan (0.75 tahil).

Tak sepenuhnya salah jika dikatakan bahwa nilai seorang budak dalam masyarakat Batak di masa lalu lebih rendah dibanding  nilai seekor ternak atau hewan. Fakta itu jugalah yang menguras air mata para budak dan keluarganya di Dolok Partangisan.

Konvoi moge sedang melintas di jslur Dolok Partangisan Humbahas (Sumber: TikTok @tanomaribak8188)
Konvoi moge sedang melintas di jslur Dolok Partangisan Humbahas (Sumber: TikTok @tanomaribak8188)

Hasahatan

Suatu ketika Jay Wijayanto, seorang konduktor, aktor, dan organisator sohor, bercerita. Saat merancang helatan Karnaval Kemerdekaan Pesona Danau Toba (KKPDT) di Balige tahun 2016, dia berencana memasukkan episode kelam pasar budak Dolok Partangisan itu ke dalam koreografi pertunjukan. Tapi para raja-raja adat Batak setempat menolak keras. Alasannya episide Dolok (Rura) Partangisan itu adalah noktah hitam sejarah Batak yang tak selayaknya diungkap ke permukaan. Itu terlalu biadab, sangat memalukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun