Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Tano Ponggol, dari Wilhelminakanaal ke Terusan Kaldera Toba

27 Januari 2024   13:41 Diperbarui: 29 Januari 2024   15:25 1948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kondisi pendangkalan Terusan "Tano Ponggol" Wilhelmina Pangururan Samosir pada tanggal 27 Juli 2016 (hariansib.com, 29.07.2016)

Terusan Kaldera Toba dan Jembatan Dalihan Natolu Pangururan sebelum diresmikan Presiden Jokowi (Foto: Ist. via tajuk24.com)
Terusan Kaldera Toba dan Jembatan Dalihan Natolu Pangururan sebelum diresmikan Presiden Jokowi (Foto: Ist. via tajuk24.com)

Hasahatan

Terusan Kaldera Toba dan Jembatan Dalihan Natolu kini telah menjadi kebanggaan masyarakat Kaldera Toba, khususnya Samosir.

Sebuah kebanggaan mestilah dirawat dan dioptimalkan manfaatnya bagi masyarakat Kaldera Toba. Dalam kaitan itu, dua hal berikut selayaknya menjadi perhatian.

Pertama, pencegahan penurunan permukaan danau Kaldera Toba melalui perimbangan neraca air masuk dan keluar. Upaya terpenting yang harus dilakukan adalah reboisasi/penghijauan tanah kritis di daerah aliran sungai. Tujuannya untuk menabung air tanah dan menghidupkan lagi sungai-sungai yang mati. 

Jika tidak begitu, maka besar kemungkinan Terusan Kaldera Toba mengalami pendangkalan lagi.

Kedua, integrasi kepentingan sosial-ekonomi Terusan Kaldera Toba dan Jembatan Dalihan Natolu khususnya bagi komunitas-komunitas lokal. Jika ada manfaat ekonominya, maka harus dipastikan warga setempat akan menjadi penikmat pertama. 

Jika tidak begitu, maka terusan dan jembatan itu hanya akan menjadi serupa tugu marga saja. Cuma menjadi kebanggaan kosong, ajang selfie wefie bagi para pelampias narsisme. (eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun