Jelas juga bahwa riset ekologi manusia bukanlah kompetensi organisasi BPODT dan BPGKT. Kegiatan kedua organisasi itu lebih pada aspek praktikal ketimbang teori dan empiri.
Kegiatan riset ekologi manusia Kaldera Toba itu idealnya dikelola oleh suatu pusat riset di Perguruan Tinggi. Preferensinya adalah Perguruan Tinggi yang ada di sekitar kawasan Kaldera Toba. Dari sejumlah perguruan tinggi setempat, Institut Teknologi Del Laguboti tampaknya paling layak, dilihat dari segi kelengkapan sarana dan prasarana riset dan kedekatan dengan ajang riset.
Institut Teknologi Del sejauh ini juga sudah merintis program riset bioteknologi, khususnya tanaman obat, secara bekerjasama dengan Universitas Zhejiang, Tiongkok. Untuk keperluan riset itu suatu Taman Sains Teknologi Herbal dan Hortikultura di Pollung, Humbang Hasundutan.Â
Artinya Institut Teknologi Del, walau sejauh ini fokus pada teknologi, memiliki potensi untuk membangun suatu Pusat Riset Ekologi Manusia Kaldera Toba. Pusat itu diproyeksikan sebagai rujukan utama untuk kepentingan perencanaan dan pembangunan Kaldera Toba yang bersifat holistik, tidak bias pariwisata.
Artikel ini hanya semacam penawaran gagasan untuk pembangunan ekologi manusia Kaldera Toba yang bersifat holistik dan berbasis riset saintifik. Tujuannya untuk menghindari bias sektoral, semisal bias wisata.
Bias sektoral semacam itu berisiko meminggirkan bidang-bidang kehidupan masyarakat kaldera yang telah ditekuni dan dikembangkan secara otonom sejak lama. Akibatnya pada suatu titik nanti mayoritas warga kaldera bisa saja teralienasi di Kaldera Toba. Dampak negatif semacam itu haruslah dicegah sejak dini. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H