Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pulau Sibandang, Potensi Wisata Ekologi Manusia Batak di Kaldera Toba

29 Desember 2023   15:39 Diperbarui: 1 Januari 2024   08:59 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Partungkoan atau area persidangan berupa kursi batu tempat raja raja Sibandang untuk melakukan rapat musyawarah.(Foto: kompas.com)

Gerbang masuk komplek istana Ompu Raja Hunsa di Sosor Silintong (Sumber: Tangkapan layar YouTube Dani Elbona)
Gerbang masuk komplek istana Ompu Raja Hunsa di Sosor Silintong (Sumber: Tangkapan layar YouTube Dani Elbona)

Istana Ompu Raja Hunsa di Sosor Silintong Sibandang dikelilingi kebun mangga (Sumber: Instagram horastapanuliutara
Istana Ompu Raja Hunsa di Sosor Silintong Sibandang dikelilingi kebun mangga (Sumber: Instagram horastapanuliutara

Konon kompleks istana itu sekaligus berfungsi benteng pertahanan. Baik pertahanan dari serangan kampung lain, maupun dari serangan tentara Belanda semasa Perang Batak (1878-1907).

Kini era raja-raja telah berlalu. Sibandang, Papande, dan Sampuran sudah menjadi desa-desa Indonesia merdeka. Sebanyak 2.357 warga pulau yang tersebar di tiga desa kini dipimpin tiga kepala desa. Bukan oleh raja, sekalipun kepala desa itu anggota marga raja. 

Dengan luas pulau 11,94 km2, kepadatan penduduk Sibandang terbilang tinggi. Data BPS Tapanuli Utara (2023) mencatatkan kepadatan 197 jiwa per km2. Sedikit di atas kepadatan penduduk Kecamatan Muara (183 jiwa per km2) tapi jauh di atas angka Kabupaten Tapanuli Utara (83 jiwa per km2). 

Sibandang, bagaimanapun, harus mengendalikan pertumbuhan penduduknya. Secara bersamaan juga harus mengembangkan ekonominya. Untuk menyiasati daya dukung pulau yang terbatas.

Pedagang mangga dari Desa Sibandang berjualan pada momen di HUT Bhayangkara di Hutaginjang Muara, Taput, Rabu 10 Juli 2019. (Foto: Tagar.id/Jumpa P Manullang)
Pedagang mangga dari Desa Sibandang berjualan pada momen di HUT Bhayangkara di Hutaginjang Muara, Taput, Rabu 10 Juli 2019. (Foto: Tagar.id/Jumpa P Manullang)

Agroekologi dan Wisata Ekologi Manusia Sibandang

Sibandang sejak 2020 ditetapkan sebagai area geosite Tapian Nauli - Sibandang, di bawah pengelolaan Badan Pengelola Geopark Kaldera Toba (BPGKT). Sebagai area geosite maka tiga potensi Pulau tersebut -- yaitu keanekaragaman geologis, biologis, dan budaya akan dikelola dan dikembangkan demi kemajuan Sibandang dan Kaldera Toba umumnya.

Agroekologi Sibandang adalah pertanian lahan kering. Hingga ke puncak Sibandang, warga mengusahakan tanaman hortikultura tahunan seperti mangga, kakao, kopi, dan kemiri. Juga mengusahakan hortikultura musiman seperti bawang merah, kacang tanah, dan ubi-ubian. Tak lupa, palawija jagung.

Kebun mangga Toba merupakan kekayaan hayati terpenting di Sibandang, sekaligus sumber pendapatan utama bagi penduduknya. Pulau ini dijuluki "Pulau Mangga" karena dipenuhi ribuan pohon mangga berusia puluhan bahkan ratusan tahun. Mangga Sibandang khas dengan buahnya yang berukuran kecil, rasa sangat manis, dan warna kulitnya kuning cerah.

Sibandang dan desa-desa lain di Muara, adalah penghasil mangga Toba terbesar di Sumatera Utara. Pulau ini memasok buah mangga ke kota-kota di Sumatera Utara, semisal Tarutung, Balige, Parapat, Siantar, sampai Medan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun