Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pulau Sibandang, Potensi Wisata Ekologi Manusia Batak di Kaldera Toba

29 Desember 2023   15:39 Diperbarui: 1 Januari 2024   08:59 1031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berlayar dari Muara ke Sibandang (Sumber: Tangkapan layar YouTube Sean Design)

Lazim juga disebut Sibandang dihuni empat marga -- ditandai empat pohon hariara di tengah pulau. Sebab tiga putra Aritonang telah menjadi marga raja tersendiri yaitu Ompusunggu, Rajagukguk, dan Simare-mare. Ketiganya adalah generasi keenam orang Batak.

Jika benar marga Aritonang sudah mencapai 33 generasi, sesuai tinggi tugu Aritonang (33 meter) di Desa Aritonang, berarti Sibandang sudah dihuni sejak 825 tahun lalu. Asumsinya satu generasi adalah 25 tahun. Artinya Aritonang sudah bermukim di Sibandang sejak akhir abad ke-12.

Sesuai adat mukim Batak maka Ompusunggu, Rajagukguk, Simare-mare, dan Siregar adalah raja-raja huta atau kampung. Tapi sahala harajaon, karisma kuasa rupanya paling besar pada Rajagukguk dan keturunannya. 

Ompu Raja Hunsa Rajagukguk (keempat dari kanan) bersama keluarganya (Sumber: Collectie Tropenmuseum/wikimedia.org)
Ompu Raja Hunsa Rajagukguk (keempat dari kanan) bersama keluarganya (Sumber: Collectie Tropenmuseum/wikimedia.org)

Salah seorang keturunan Rajagukguk yang paling terkenal sebagai jaihutan atau Raja Sibandang adalah Ompu Raja Hunsa. Dia diketahui meraja di Sibandang pada abad ke-18. Emilio Modigliani, seorang Italia yang menjelajah Tanah Batak tahun 1890-1891 sempat bertemu dengannya dan menyebutnya "bajak laut" penguasa Tao Muara.

Pelabelan oleh Modigliani itu etnosentris -- menghebat-hebatkan diri sendiri sebagai bule petualang. Hal yang sebenarnya, Ompu Raja Hunsa adalah seorang raja yang bijak dan bajik. Setiap orang yang melintas di perairan Sibandang selalu dicegatnya, lalu dijamu makan sebelum kemudian melanjutkan perjalanan. 

Selain artefak makam batunya, dua peninggalan Ompu Raja Hunsa yang masih bisa disaksikan adalah "istana raja" berupa ruma bolon Batak. Satu di Sibandang -- disebut juga Sibandang Bolak -- dan satu lagi di Sosor Silintong, di area atas Sibandang. 

Setiap "istana" itu dilengkapi dengan partungkoan atau arena persidangan, berupa kursi-kursi batu lava dasit yang disusun setengah lingkaran.

Partungkoan atau area persidangan berupa kursi batu tempat raja raja Sibandang untuk melakukan rapat musyawarah.(Foto: kompas.com)
Partungkoan atau area persidangan berupa kursi batu tempat raja raja Sibandang untuk melakukan rapat musyawarah.(Foto: kompas.com)

Istana Sosor Silintong secara khusus berstruktur benteng. Istana itu aslinya hanya terdiri dari satu ruma bolon. Lalu di sampingnya ada satu rumah tinggal biasa. Sekeliling area istana, sekitar 2 ha, dibangun tembok batu setinggi dua meteran. 

Di atas tembok itu ditanam bambu duri. Gerbang masuk komplek istana adalah celah sempit pada tembok batu. Demikian pula gerbang keluar ke belakang, ke tanah makam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun