Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Pertempuran Basra: Garuda Indonesia atau Singa Mesopotamia Irak yang Tersungkur?

16 November 2023   07:11 Diperbarui: 16 November 2023   13:41 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indonesia dalam laga persahabatan FIFA melawan Argentina di Stadion Gelora Bung Karno pada Senin, 19/6/2023. (Foto: via kompas.com)

"Garuda Indonesia, terbanglah ke Basra. Taklukkan Singa Mesopotamia!"

Tak ada satupun tim sepakbola di dunia ini yang tak bisa dikalahkan. Lihatlah Timnas Argentina di Piala Dunia 2022.  Sebelum mengalahkan Prancis pada laga final, dia dipecundangi Arab Saudi pada laga pembuka.

Tak terkecuali Timnas Irak, Singa Mesopotamia itu.  Benar dia kini peringkat 68 FIFA, juara Piala Asia 2007, dan pernah sekali mengecap babak penyisihan grup di Piala Dunia (1986).  Tambahan,  tim itu diperkuat pula oleh  9 pemain yang berkiprah di klub-klub Eropa.

Itu semua tak berarti Irak muskil dikalahkan oleh Timnas "Garuda" Indonesia, peringkat 145 FIFA.  Banjir pemain klub Eropa bukan jaminan pasti menang.  Lagi pula Indonesia juga diperkuat sedikitnya 4 pemain klub Eropa.

Perlu diingat bagi tim-tim yang berlaga di kualifikasi Piala Dunia, penentu utama kemenangan itu bukan lagi sosok pemainnya. Sebab para pemain sudah pasti dipilih yang terhebat dari kumpulan yang paling jago.

Kemenangan ditentukan terutama oleh cara bagaimana 11 pesepakbola bermain secara teguh dan solid.  Sebab biar kata Ronaldo dan Messi masuk Timnas Indonesia, akan sia-sia saja jika keduanya syur sendiri hingga terkapar kelelahan di lapangan.

Keteguhan dan soliditas.  Itu dua faktor koentji  yang harus dimiliki Garuda Indonesia jika ingin menaklukkan Singa Mesopotamia.

Keteguhan

Keteguhan itu soal mentalitas. Soal pride nasionalisme dan  rasa percaya diri yang tinggi. Bertarunglah untuk menang, sekecil apapun peluang untuk menang itu.  Jangan buang waktu memikirkan kekalahan, sebab kalah itu teramat mudah diraih.

Tentu akan ada psywar, perang mental. Suatu kali pelatih Irak, Jesus Casas bilang laga dengan Timnas Indonesia itu semacam uji-coba saja. Lain kesempatan dia bilang lebih sulit melawan Timnas Vietnam ketimbang Indonesia.  

Itu sesumbar untuk pelemahan mental. Casas tahu di bawah Shin Tae-yong Timnas Indonesia bukan lagi seperti yang dulu. Indonesia menang secara agregat lawan Burundi, kalah tipis dari Argentina, dan menang besar lawan Brunei.  Itu mengirim sinyal bahwa Garuda Indonesia adalah lawan berat.

Bagus bahwa Shin Tae-yong merespon Casas secara elegan. Katanya, Timnas Irak kuat dan masyarakatnya ramah. Shin Tae-yong mau bilang Garuda percaya diri melawan Singa Mesopotamia langsung di depan massa pendukungnya.

Shin Tae-yong tahu rekor pertemuan Indonesia dan Irak tak relevan lagi sebagai acuan. Dari 11 kali laga Irak 6 kali menang, Indonesia 2 kali menang, dan sisanya 3 kali imbang. Tapi itu cerita tahun 1968-2013. Tak guna diingat. Terlalu banyak perubahan terjadi sejak 2014.

Soliditas

Keteguhan mental pemain adalah landasan soliditas tim. Mental teguh maka tim kompak, karena setiap pemain punya pride dan rasa percaya diri yang sama tinggi. Setiap pemain Tim Garuda berjuang untuk menang demi Indonesia.

Jika mentalitas ada di aras pikiran maka soliditas ada di aras tindakan. Tepatnya dalam praktek bermain saat pertandingan di lapangan.

Kita tahu formasi permainan sepakbola terdiri dari tiga lini utama: belakang (pertahanan), tengah (pertahanan dan penyerangan), dan depan (penyerangan). Tentu itu tipe ideal. Dalam praktek bisa saja formasi itu cenderung bertahan semua, atau sebaliknya menyerang semua. 

Soliditas menggambarkan sinergi dan komunikasi antara tiga lini itu.  Semakin sinergis dan komunikatif maka tim semakin solid di lapangan.

Ikhwal soliditas itu tentu sudah dibenahi Shin Tae-yong dan para pemain. Komunikasi antarpemain di lapangan, verbal dan gestural, pasti sudah dibenahi. Sehingga tak akan terjadi lagi passing dan crossing bola yang takakurat. Juga tak akan ada bola-bola panjang dan lambung yang gampang dipotong pemain berpostur tinggi, seperti pemain-pemain Irak.

Bisa dibayangkan para punggawa Garuda akan bermain dalam pola jaring laba-laba yang kuat dan lentur. Kuncinya adalah relasi-relasi pendek yang sambung-menyambung menjadi satu. Itulah (pola) Indonesia.

Di lapangan hal itu akan terlihat berupa permaian dengan operan-operan bola pendek dan cepat ke kiri, tengah, kanan, dan belakang, tapi dengan tren maju menyerang. Jika ditarik garis pergerakan bola antarpemain, maka akan tergambar jaring laba-laba yang titik simpulnya adalah gawang lawan.

Sebaliknya, pergerakan pemain saat kehilangan bola juga membentuk jaring laba-laba untuk menahan (memerangkap) bola agar tak mendekati gawang sendiri.

Intinya, semakin rapat jejaring laba-laba, dan semakin cepat gerak (bola) antar titik (pemain), maka berarti semakin solid permainan sebuah tim. 

Soliditas tim berpola jejaring laba-laba itu sebenarnya sudah tergambarkan saat Garuda menekuk Brunei dua kali dengan skor yang sama telak (6-0). Jaring laba-laba membuat pemain Brunei nyaris tak mampu mendekati kotak penalti. Sehingga kiper Ernando seperti "makan gaji buta" dalam dua kali laga.

Tapi Irak tentu saja bukan Brunei. Irak punya segalanya yang diperlukan sepakbola modern: mental, skill, power, speed, dan endurance. Jadi lupakan kemenangan besar atas Brunei. Anggap itu sebagai ujicoba strategi dan seleksi pemain saja.

Jadi, Garuda Indonesia, bersiaplah untuk pertempuran untuk menduduki "Domein Piala Dunia 2026". Pertempuran Basra, melawan Singa Mesopotamia adalah pertempuran yang sesungguhnya dan yang pertama.  Hasilnya sangat menentukan langkah Indonesia selanjutnya.

Kemenangan

Harus diakui sejak ditangani Shin Tae-yong, dan difasilitasi PSSI "baru" di bawah komando Erick Thohir, Timnas Indonesia telah menunjukkan kemajuan signifikan menuju tim sepakbola "Kelas Asia" dan bahkan "Kelas Dunia".  Mental, visi, skill, power, speed, dan endurance pemain semakin pantas dan layak untuk laga-laga kelas Asia dan dunia. 

Harus diakui juga, di bawah Erick Thohir PSSI telah sukses menarik atensi FIFA untuk perkembangan sepakbola Indonesia. Tragedi Kanjuruhan "dimaklumi";  status tuan rumah Piala Dunia U-20 dibarter Piala Dunia U-17; stadion-stadion direnovasi dan  diakreditasi FIFA; Kantor Perwakilan FIFA baru saja diresmikan di Jakarta.

Selain itu naturalisisasi pemain-pemain dari klub Eropa juga lancar; klub-klub domestik koperatif melepas pemain ke timnas; organisasi dan fasilitas latihan sangat memadai; trend grafik permainan tim sedang menanjak; dukungan publik sedang membubung.

Jadi, meminjam istilah fisikawan Johannes Surya, kini semesta mendukung (mestakung) bagi Timnas Garuda Indonesia. Hanya ada satu hal yang bisa menghentikan langkah anak-anak Garuda, yaitu bila mereka "menembaki kaki sendiri". Tapi Garuda masa gitu, sih?

Karena itu "Pertempuran Basra" sudah semestinya dimenangi Garuda Indonesia. Biarlah Singa Mesopotamia tersungkur di depan publiknya. Sebab tak ada seekor singapun yang tak bisa dikalahkan. Dan garuda ada untuk menjadi pemenang. 

Barangkali baik juga diingat petuah ini. Sepakbola itu seni memanfaatkan sekecil apapun peluang ruang dan waktu untuk mencetak gol ke gawang lawan.

Placing and timing. Bukankah itu yang diajarkan Pele, Maradona, Platini, Beckenbauer, Beckham, Ronaldinho, Ronaldo, dan Messi di lapangan?

Bukankan burung garuda juga menekuk mangsa dengan kejelian mengoptimalkan peluang ruang dan waktu terkecil?

Ayo, Garuda! Kamu Garuda Indonesia! Terkamlah Singa Mesopotamia di Stadion Internasional Basra malam ini.

Ini Kamis malam, malam Jumat. Waktunya lelaki bertempur!(eFTe)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun