Bagus bahwa Shin Tae-yong merespon Casas secara elegan. Katanya, Timnas Irak kuat dan masyarakatnya ramah. Shin Tae-yong mau bilang Garuda percaya diri melawan Singa Mesopotamia langsung di depan massa pendukungnya.
Shin Tae-yong tahu rekor pertemuan Indonesia dan Irak tak relevan lagi sebagai acuan. Dari 11 kali laga Irak 6 kali menang, Indonesia 2 kali menang, dan sisanya 3 kali imbang. Tapi itu cerita tahun 1968-2013. Tak guna diingat. Terlalu banyak perubahan terjadi sejak 2014.
Soliditas
Keteguhan mental pemain adalah landasan soliditas tim. Mental teguh maka tim kompak, karena setiap pemain punya pride dan rasa percaya diri yang sama tinggi. Setiap pemain Tim Garuda berjuang untuk menang demi Indonesia.
Jika mentalitas ada di aras pikiran maka soliditas ada di aras tindakan. Tepatnya dalam praktek bermain saat pertandingan di lapangan.
Kita tahu formasi permainan sepakbola terdiri dari tiga lini utama: belakang (pertahanan), tengah (pertahanan dan penyerangan), dan depan (penyerangan). Tentu itu tipe ideal. Dalam praktek bisa saja formasi itu cenderung bertahan semua, atau sebaliknya menyerang semua.Â
Soliditas menggambarkan sinergi dan komunikasi antara tiga lini itu. Â Semakin sinergis dan komunikatif maka tim semakin solid di lapangan.
Ikhwal soliditas itu tentu sudah dibenahi Shin Tae-yong dan para pemain. Komunikasi antarpemain di lapangan, verbal dan gestural, pasti sudah dibenahi. Sehingga tak akan terjadi lagi passing dan crossing bola yang takakurat. Juga tak akan ada bola-bola panjang dan lambung yang gampang dipotong pemain berpostur tinggi, seperti pemain-pemain Irak.
Bisa dibayangkan para punggawa Garuda akan bermain dalam pola jaring laba-laba yang kuat dan lentur. Kuncinya adalah relasi-relasi pendek yang sambung-menyambung menjadi satu. Itulah (pola) Indonesia.
Di lapangan hal itu akan terlihat berupa permaian dengan operan-operan bola pendek dan cepat ke kiri, tengah, kanan, dan belakang, tapi dengan tren maju menyerang. Jika ditarik garis pergerakan bola antarpemain, maka akan tergambar jaring laba-laba yang titik simpulnya adalah gawang lawan.
Sebaliknya, pergerakan pemain saat kehilangan bola juga membentuk jaring laba-laba untuk menahan (memerangkap) bola agar tak mendekati gawang sendiri.
Intinya, semakin rapat jejaring laba-laba, dan semakin cepat gerak (bola) antar titik (pemain), maka berarti semakin solid permainan sebuah tim.Â