Saran itu bermaksud menekan tutupan eceng gondok di garis pantai danau. Bersama Dinas Peternakan, kami membikin percontohan di Balige. Kami membeli dua ekor anakan babi untuk dipiara seorang warga setempat. Dia baru tahu babi ternyata mau makan racikan eceng gondok.
Tempus fugit, waktu berlalu. Â Beberapa tahun setelah kegiatan riset itu, Kalpataru dihapuskan. Proyek percontohan "babi makan eceng gondok" juga tak ada lagi kabarnya. Kami yakin dua ekor babi itu sudah berubah menjadi saksang, cincang bumbu darah khas Batak.
***
Setelah riset tahun 1996 itu, aku tak begitu intens mengikuti perkembangan isu lingkungan Kaldera Toba. Walau tak sepenuhnya abai, sih. Sesekali masih baca dan dengar berita joroknya air danau, matinya ratusan ton ikan di jaring apung, penggundulan hutan, erosi dan banjir badang, dan penurunan tinggi permukaan danau.
Sampai tiba tahun 2014. Aku baca berita Kaldera Toba ditetapkan sebagai Geopark Nasional Kaldera Toba. Lalu seiring itu upaya menjadikan Kaldera Toba sebagai Geopark Global UNESCO -- yang sudah dirintis sejak awal 2010-an -- juga semakin intensif.
Rupanya penetapan geopark nasional, dan pengupayaan status geopark global, itu adalah langkah-langkah pengendalian degradasi lingkungan Kaldera Toba. Status geopark dijadikan instrumen pengendalian dampak-dampak lingkungan.
Lantas aku coba pelajari draft naskah Master Plan Kaldera Toba 2018-2030. Sejumlah gejala degradasi lingkungan diungkap di situ.Â
Pertama, peningkatan dan perluasan erosi permukaan tanah. Sekitar 42 persen dari kawasan Kaldera Toba adalah lereng perbukitan dengan kemiringan >15 persen, curam dan terjal dan, karena itu, rawan erosi.
Disebutkan 97 persen tanah kaldera adalah jenis rawan erosi -- 58 persennya tergolong sangat rentan. Seperti litosol, regosol, podsolik coklat, dan tanah hutan coklat. Jenis-jenis tanah ini gampang tergerus aliran permukaan (run off) saat turun hujan lebat.
Tingkat erosi tinggi itu berdampak ganda. Di satu sisi mengupas lapisan atas tanah (top soil), sehingga menambah luas areal lahan kritis di daerah tangkapan air (DTA) Kaldera Toba.Â