Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Ulat Goreng, Solusi Stunting di Pedesaan

17 Oktober 2023   13:30 Diperbarui: 20 Oktober 2023   16:06 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dikatakan begitu karena penyebab stunting antara lain adalah kekurangan asupan protein, mineral zinc, dan zat besi pada anak sejak dalam kandungan sampai usia balita. Itu artinya ibunya juga kekurangan zat nutrisi dan mineral yang sama dalam jangka panjang.

Kalau begitu, ulat sagu/enau/kelapa/turi cocok kalilah menjadi salah satu solusi stunting, terutama di daerah pedesaan. Galakkan saja budaya makan ulat goreng, panggang, dan pepes di kalangan ibu muda dan anak-anak balita di daerah rawan pangan dan gizi. Termasuk membiasakan makan ulat goreng atau sate ulat gratis bagi anak-anak SD untuk perbaikan gizi jangka panjang.

Nah, yang terakhir ini cocok menjadi bahan kampanye bagi siapa saja calon presiden RI 2024 yang berencana menyediakan makan siang gratis untuk anak sekolah. Itu keren!

***

Ini bukan saran candaan. Serius. Ulat sagu/enau/kelapa/turi itu adalah makanan bernutrisi tinggi. Itu termasuk dalam "pangan serangga", jenis pangan sumber nutrisi dan mineral di masa depan. Serangga itu alternatif sumber protein, selain telur, ikan, dan daging.

Jika pemerintah serius mengatasi masalah stunting, maka bahan pangan ulat sangat layak dikembangkan. Pemerintah bisa mendorong pengembangan peternakan ulat sagu/enau/kelapa/turi secara organik di daerah pedesaan. Tentu dibarengi dengan pengembangan kebun komoditas rumah ulat tersebut.

Bahkan mungkin juga bisa dikembangkan peternakan ulat modern. Ulat-ulat itu dikembangbiakkan dengan cara kloning, sehingga panen ulat tak harus menunggu proses metamorfosis kumbang lagi. Ini perlu investasi besar, tentu saja. Tapi kalau pasarnya dijamin dengan kebijakan dan program pemerintah, investasi pasti mengalir.

Pada akhirnya, aku pikir kita semua, khususnya para bacapres, perlu berterimakasih kepada Andik dan empat ekor ulat turi gorengnya. Dia telah mengingatkan kita tentang ulat, sumber nutrisi dan mineral yang nyaris dilupakan atau, jika ingat, dilihat dengan mimik jijik. 

Pesan Andik sederhana saja. Kalau bicara kedaulatan pangan, jangan bicara tentang beras, ikan, telur, dan daging saja. Tapi kembangkanlah juga potensi ulat sebagai pangan super di masa depan. 

Bikinlah program nasionsl "Ayo Makan Ulat", atau "Gerakan Nasional Makan Ulat", atau apalah yang ulat-ulatan.

Sebab bukankah negeri kita ini kaya akan ulat? (eFTe)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun