Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

'Piramida Toba' Itu Mungkin Situs Kampung Tua Batak Toba

9 Oktober 2023   15:28 Diperbarui: 11 Oktober 2023   05:05 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lorong di tembok batu di Bukit A Bakkara ini kemungkinan besar adalah gerbang kampung. Di Desa Marbun dan Tipang, Baktiraja ditemukan juga lorong gerbang seperti ini (Foto: Danny Hilman Natawidjaya via cnnindonesia.com)

Dalam prakteknya, arkeologi tidak sendiri. Dia disokong oleh sejumlah ilmu bantu antara lain sejarah, antropologi (termasuk palaeoantropologi dan bioantropologi), geologi, geografi, arsitektur, fisika, metalurgi, dan filologi.

Jadi jika bicara tentang peran disiplin ilmu dan kompetensi saintis, seorang geolog seperti Prof. Danny semestinya tidak memimpin riset peninggalan budaya lampau. Itu tugas arkeolog. Geolog hanya membantu khususnya mengungkap lapisan-lapisan pembentuk bumi sebagai acuan relatif umur temuan arkeologis.

Arkeologlah yang punya kompetensi riset peninggalan sejarah atau kebudayaan manusia. Sedangkan kompetensi geolog adalah kajian batuan lapisan-lapisan bumi serta proses-proses pembentukannya. Termasuk eksplorasi isi bumi, semisal sumberdaya mineral dan dan bangun-bangun fisik di bawah tanah.

Memang tidak tabu bagi seorang geolog untuk mengungkapkan temuan-temuan material yang terpendam di bawah permukaan bumi. Semisal obyek-obyek arkeologis, katakanlah struktur bangunan piramida. Tapi peran disiplinernya sampai di situ saja. Riset lanjutan harus diserahkan kepada arkeolog.

Pembedaan fungsi sains menurut disiplinnya itu membuat saya lebih bisa menerima klaim arkeolog ketimbang geolog tentang suatu obyek yang diduga tinggalan budaya. Jika seorang geolog mengajukan klaim yang bersifat arkeologis tentang suatu artefak di bawah tanah, maka saya akan menerimanya lebih sebagai klaim pseudo-sains. Klaim yang lebih mengedepankan sensasi ketimbang esensi. 

Begitupun tentang  "Piramida Toba" . Saya memilih bersikap skeptis terhadap klaim geolog Prof. Danny tentang "temuan" itu. Penyematan nama "piramida" itu sendiri sudah membuat saya harus ragu. Acuan arkeologis tentang piramida adalah piramida-piramida Mesir yang berisi makam firaun dan harta benda. Bagaimana mungkin seorang geolog mengklaim gundukan bukit sebagai piramida tanpa dasar studi arkeologis yang tuntas?

Posisi Kecamatan Baktiraja (Bakkara-Tipang, warna merah) Humbang-Hasundutan, lokasi Bukit A yang diklaim sebagai
Posisi Kecamatan Baktiraja (Bakkara-Tipang, warna merah) Humbang-Hasundutan, lokasi Bukit A yang diklaim sebagai "Piramida Toba" (Foto: wikipedia.org) 

Dari berbagai pemberitaan dapat disimpulkan bahwa Prof. Danny tiba pada klaim "piramida" itu karena penasaran. Dalam kajian geologinya dia menemukan material berstruktur piramid yang pembentukannya tak bisa dijelaskan ilmu geologi. Dalam arti bangun itu diduga bukan bentukan alami (geomorfologis), melainkan hasil kerja manusia.

Ada dua kemungkinan di sini. Pertama, proses pembentukan rupa bumi serupa "piramida" itu berada di luar teba riset geologi. Tapi Prof. Danny berusaha mendaya-gunakan disiplin ilmunya untuk mengungkap keberadaan "piramida" tersebut. Mungkin dia berupaya mengembangkan teori dan metode geologi baru untuk mengungkap keberadaan struktur-struktur non-geomorfologis di bumi.

Kedua, Prof. Danny mungkin seorang geolog yang punya minat khusus  terhadap bangun-bangun piramidal di bawah dan di atas tanah. Bahkan minat itu terkesan obsesif jika mengingat kasus Gunung Sadaurip, Gunung Lalako, dan Gunung Padang di Jawa Barat. Barangkali Prof. Danny punya obsesi menemukan sesuatu yang bisa menjadikan Indonesia pusat diskusi sejarah bumi dan manusia. 

Jadi, sementara Prof. Danny berupaya membuktikan keberadaan "piramida-piramida"-nya, saya memilih untuk menanggapinya secara skeptis. Pengetahuan saya sebagai orang Batak Toba asli, juga sebagai peneliti sosiologi yang  sedang mengkaji sistem sosial masyarakat Batak Toba, tidak mengukuhkan klaim tentang keberadaan "Piramida Toba".

Hipotesis Situs Perkampungan Tua Batak Toba

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun