Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Rambut, Uniformitas, dan Otoritarianisme di Sekolah

11 September 2023   06:13 Diperbarui: 12 September 2023   12:04 1669
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi siswa (Foto: Shutterstock via KOMPAS.com)

"Isi kepala di balik topi baja
semua serdadu pasti tak jauh berbeda
Tak peduli perwira bintara atau tamtama tetap tentara"

- Serdadu, Iwan Fals

Dulu, tahun 1960-an, saya belajar di sebuah SD Negeri tanpa seragam di Tanah Batak. Pakaian kami bebas. Warna-warni, aneka model. Siswi boleh pakai rok terusan. Tak seorangpun pakai alas kaki. Semua nyeker.

Potongan rambut siswa? Tak ada aturan baku. Norma sosial yang berlaku waktu itu laki berambut pendek. Kelazimannya, bila rambut siswa janggaon, panjang, orangtuanya sendiri yang suruh cukur.

Enam tahun belajar di SD, saya dan teman-teman tidak mengenal uniformitas. Kami bebas mengekspresikan diri melalui aneka model pakaian dan rambut. Tak pernah ada teguran guru soal rambut, apalagi razia.

Ketika belajar di SMP paruh pertama tahun 1970-an, saya tetap bebas dari uniformitas. Saya bersekolah di sebuah seminari di Siantar. Itu sekolah calon pastor, yang membebaskan model pakaian dan rambut. Boleh gondrong, maka saya gondrong.

Bagiku, masa sekolah dari SD sampai SMP itu adalah masa "merdeka belajar". Merdeka dalam arti bebas dari intervensi kuasa negara terhadap otonomi kami atas tubuh kami. 

Eh, kedengarannya serius banget, ya. Pakai istilah "intervensi kuasa negara" dan "otonomi atas tubuh" segala.

Ya, memang soal serius. Seturut pengalamanku, ya.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun