Tapi akal-akalan semacam itu tak bertahan lama. Guru perazia rambut siswa muncul tanpa disangka, seperti Pak Polantas tiba-tiba nongol di tikungan verboden. Sret sret sret. Rambutku digunting random di atas telinga. Tanpa kompromi.
Habis sudah kebanggaanku. Bekas pengguntingan rambut di kepalaku tampak seperti pitak. Jadi bahan tertawaan para siswi sekelas. Jatuh sudah pasaranku.Â
Sore setelah razia rambut gondrong, aku mengamuk. Pergi ke tukang cukur dan minta kepalaku digunduli macam rahib Budha dari biara Shaolin. Srrrt srrrt srrrt. Ketam hilir-mudik di kepalaku.
Besoknya aku pergi ke sekolah mengenakan hem putih kedodoran, tinggalan kakekku. Hasilnya, kembali aku jadi bahan tertawaan di kelas. Kata teman-teman tampilanku mirip jelangkung. Astaga, kirain macam Telly Savalas alias Kojak.
Daripada kena razia, aku dan teman-teman penggemar rambut gondrong terpaksalah pakai model "krukat" (crew cut). Apakah kami menjadi baik dengan rambut pendek?Â
Tidak juga. Kami tetap doyan makian jorok, merokok di semak-semak belakang sekolah, makan gorengan lima ngaku dua di kantin, nyontek di kala perlu, godain ibu guru muda cantik lulusan IKIP Medan, dan berkelahi kalau badan terasa pegal-pegal.
Kata guru kami, itu bukan tabiat manusia terpelajar. "Baiklah," kata kami, "itu sebabnya kami belajar di sekolah ini. Kami ingin jadi terpelajar."
***
Menurut pengalamanku tak ada keterkaitan panjang rambut dengan kesopanan dan kedisiplinan siswa. Tidak bisa disimpulkan semakin pendek rambut siswa semakin sopan dan berdisiplin dia. Atau, sebaliknya, semakin panjang rambut siswa semakin kasar dan kacau-balau dia.
Anak-anak di SMP Seminari, sekolahku, dulu terkenal sopan dan disiplin walau berambut gondrong. Waktu di SMA aku dan teman-temanku diwajibkan berambut pendek. Tapi itu tak serta-merta membuat kami menjadi murid yang sopan dan disiplin.Â
Potongan rambut itu cuma kemasan. Sama sekali bukan cerminan isi kepala dan hati. Akibatnya kewajiban rambut pendek, dan penegakannya lewat razia, tampak lebih sebagai pelestarian kemunafikan. Tampilan "terpelajar" faktanya "kurang ajar".