Ketimbang menulis tentang dampak buah impor terhadap nasib petani buah lokal, aku lebih memilih untuk menulis pedagang buah yang ngeyel bilang suka "yang manis walau tak mulus". Dia sedang membela jambu air dagangannya yang sudah babak-belur entah karena apa.Â
Ketimbang menulis potensi Indonesia sebagai produsen terbesar ikan dunia, aku memilih menulis tentang ibu tua pedagang ikan asin yang bangga mengatakan dagangannya ikan segar semua.
Itu hanya segelintir contoh pikiran dan pengalaman remeh yang telah kuanggit dan kuagihkan kepada khalayak. Syukur kepada Tuhan, ada saja yang sudi membaca dan menanggapinya. Â
***
Aku telah menuliskan dan membagikan pikiran receh ini di sini karena, aku berpikir, kita mayoritas warga dunia ini harus menegakkan demokrasi di dunia literasi.Â
Maksudku, dunia literasi bukan hanya monopoli minoritas penulis besar dan hebat. Kita juga perlu menuliskan dan membagikan pikiran dan pengalaman remeh kita, untuk mencegah tirani minoritas penulis hebat.
Dengan menuliskan hal-hal yang remeh bagi dunia, kita telah menegakkan demokrasi dalam jagad literasi, sekaligus mencegah tumbuhnya oligarki literasi.
Di situ letak pentingnya kita berani menuliskan hal-hal yang remeh bagi dunia. Setidaknya begitulah pendapatku. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H