Aku teringat seorang warga yang ditangkap polisi karena menebar ancaman lewat medsos akan memenggal kepala Presiden Jokowi. Kok ditangkap, kan cuma ngomong.Â
Ya, iyalah. Kalau dia beneran menjalankan omongannya, kan mustahil memenggal kepala presiden sebagai institusi tanpa membunuh presiden sebagai individu.
Jadi, mungkinkah memaki institusi presiden "bajingan tolol" tanpa melukai perasaan individu presiden Jokowi? "Itu konsekuensi jadi pejabat publik," dalih "pengajar demokrasi" tadi.
Boleh memaki pejabat. Mungkin itulah salah satu yang bikin kita masih betah merdeka. Di tengah berbagai deraan kesakitan, korupsi, persekusi, kemiskinan, dan ketakadilan. Deraan yang ikut kita rayakan sebagai isi kemerdekaan tiap tanggal 17 Agustus.
Tapi, kalau begitu, apa bedanya dengan zaman kolonial, ya. Dulu rakyat dan pejuang kita juga bebas berteriak "Bajingan kau gubernemen!" Atau secara spesifik, "Bajingan tolol kau van Mook! De Jonge! Stachouwer!"
Ah, jangan-jangan kita rakyat ini kini sedang dijajah pemerintah sendiri, ya.
Kau jawab sendirilah. Aku mau warming up dulu. Persiapan ikut lomba balap karung. Karena aku belum bosan merdeka!Â
Merdeka, kawans! (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H