Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benarkah Anies Baswedan Bacapres Pro-Perubahan?

29 Juli 2023   09:49 Diperbarui: 29 Juli 2023   14:29 564
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anies getol menyarankan orang memeriksa rekam jejaknya sebagai Gubernur Jakarta (2017-2022) untuk melihat fakta empiris perubahan yang digadangnya. Saran itu hendak diikuti di sini.

Logikanya begini. Jika benar Anies pro-perubahan, maka pembangunan Jakarta semasa pemerintahannya tentulah membawa kemajuan. Dia dulu gemar bernarasi "maju kotanya bahagia warganya". Sejauh mana itu menjadi kenyataan?

Karena subyek pembangunan adalah manusia, maka perubahan dalam arti kemajuan  harus dilihat pada manusia itu sendiri. Ukuran obyektifnya adalah peningkatan taraf sosial-ekonomi kehidupan warga. Indikatornya adalah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita, rasio gini pendapatan, tingkat kemiskinan, tingkat kebahagiaan (IK), dan indeks pembangunan manusia (IPM).

Merujuk data BPS, indikator taraf sosial-ekonomi warga Jakarta periode 2017-2022 adalah sebagai berikut ini. [4]

PDB per Kapita.  PDB per kapita Jakarta naik sebesar 30.86%, rerata 5.61% per tahun, dari Rp 228.00 juta (2017) menjadi Rp 298.36 juta (2022). Angka pertumbuhan PDB Jakarta lebih rendah dari angka nasional sebesar 36.89%, rerata 6.64% per tahun, dari Rp 51.89 juta (2017) menjadi Rp 71.03 juta (2022).

Rasio Gini Pendapatan.  Rasio Gini Pendapatan di Jakarta meningkat 0.73% (0.003 poin), rerata 0.18% per tahun, dari 0.409 (2017) menjadi 0.412 (2022).  Angka Gini Rasio nasional sendiri menunjukkan tren penurunan -2.56% (-0.01 poin), atau rerata -0.51% per tahun, dari 0.39 (2017) menjadi 0.38  (2022).

Artinya ketimpangan pendapatan di Jakarta semakin melebar. Itu indikasi peningkatan GDP lebih banyak dinikmati kelompok 20% penduduk berpendapatan tertinggi.

Angka Kemiskinan. Jumlah penduduk miskin di Jakarta naik 21.96% (0.83 poin), atau rerata 5.14% per tahun, dari 3.78% (2017) menjadi 4.61% (2022).  Sementara jumlah penduduk miskin Indonesia turun -5.43% (-0.55 poin), atau rerata -0.95% per tahun, dari 10.12% (2017) menjadi 9.57% (2022).

Fakta pertambahan penduduk miskin di Jakarta menguatkan kesimpulan bahwa peningkatan PDB-nya hanya dinikmati oleh kelompok 20% berpenghasilan tinggi.  

Indeks Pembangunan Manusia. IPM Jakarta naik 1.59 poin atau 1.99%, rerata 0.39% per tahun, dari 80.06 (2017) menjadi 81.65 (2022).  Sedangkan IPM nasional naik 2.10 poin atau 2.97%, rerata 0.59% per tahun, dari 70.81 92017) menjadi 72.91 (2022).

Angka pertumbuhan IPM Jakarta yang lebih rendah dibanding angka nasional adalah indikasi kondisi kesehatan, pendidikan, dan kelayakan hidup (tiga indikator IPM) warga Jakarta tidak berubah signifikan.  Artinya tingkat akses warga Jakarta terhadap hasil pembangunan relatif stagnan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun