"Hidup, Poltak!"
"Hidup, Sekolah Dasar Hutabolon!"
Murid-murid bersorak-sorai suka-ria menyambut prestasi gemilang Poltak. Â Prestasi Poltak adalah prestasi SD Hutabolon juga. Itu pertama kali dalam sejarah SD Hutabolon.
Tiba-tiba Binsar dan Bistok mengangkat tubuh Poltak dan melontarkannya ke udara sambil berteriak, "Hidup, Poltak!" Ulah Binsar dan Bistok diikuti Jonder, Alogo, Marolop, Saur dan anak-anak laki lainnya.
Tubuh Poltak berkali-kali dilontarkan ke udara. Isi perutnya serasa dikocok-kocok. Dia tak tahan lagi. Lalu, "Duuut!"
Poltak kentut. Bunyinya sungguh dahsyat. Teman- temannya terkejut lalu spontan menyisih.
Otomatis tubuh Poltak terlepas dan melayang di udara lalu, sesuai hukum gravitasi, jatuh berdebum keras ke tanah selayaknya nangka busuk.
"Amangoi ...!" Â Poltak mengaduh kesakitan.
"Poltak ...!"Â
Lamat-lamat masih terdengar oleh Poltak teriakan Berta memanggil namanya. Setelah itu dia melihat ribuan bintang berpendar mengelilingi kepalanya. Tapi takada satupun rasi bintang yang dikenalnya. (Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H