Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Nikuba, BRIN, dan Nasib Inovator Independen di Indonesia

15 Juli 2023   10:09 Diperbarui: 17 Juli 2023   12:00 1688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aryanto Misel memasang Nikuba ke sepeda motor milik TNI di rumahnya di Lemahabang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Foto: KOMPAS.id/ABDULLAH FIKRI ASHRI

Pertama, pengetahuan tentang Hidrogen sebagai bahan bakar sudah ada sejak abad 18. 

Kedua, metode elektrolisis air untuk mendapatkan unsur Gas Hidrogen sudah ada sejak awah abad 19. 

Ketiga, aplikasi Gas Hidrogen sebagai bahan bakar  motor mobil juga sudah ada sejak awal abad 19.

Keempat, sebelum Nikuba AM sudah ada Generator HHO bikinan Joko Priyono yang diaplikasikan sebagai penghemat BBM kendaraan bermotor.

Kelima, AM bukan seorang peneliti ataupun penemu, melainkan inovator pengusaha yang merekacipta  produk-produk bernilai tambah untuk dipasarkan, antara lain Nikuba.

Hal tersebut terakhir inilah yang menjadi pangkal "konflik" antara AM dengan kalangan periset, khususnya lembaga BRIN. Medol/medsos kemudian riuh mengipasinya dengan memberi kesan pada AM sebagai "jagoan" dan BRIN sebagai "pecundang". Tapi benarkah demikian?

***

Mengapa peneliti BRIN, juga lingkungan PT, berespon skeptis terhadap inovasi Nikuba AM? Sementara medol/medsos begitu bersemangat?

Itu karena BRIN fokus pada esensi, sedangkan medol/medsos fokus pada sensasi. Bagi medol/medsos nilai berita Nikuba dan AM setara dengan nilai berita rumput JIS, Panji Gumilang dan Al-Zaitun, perselingkuhan Syahnaz-Rendy, dan hilangnya Anggi Anggraeni di malam pertama perkawinannya.  Nikuba dan AM disiarkan selayaknya berita gosip tanpa bukti valid.

BRIN adalah lembaga pilar penegakan kebenaran saintifik di Indonesia. Karena itu sudah sewajarnya dia skeptis terhadap klaim-klaim yang tak didukung pembuktian saintifik. 

Sikap skeptis itu perlu untuk melindungi pemerintah dan rakyat dari aksi-aksi pseudo-saintifik para petualang dagang yang tak lebih dari pembual. Cukuplah hanya Presiden SBY dulu yang "ditipu" oleh Supriyadi "Sper Toy" dan Djoko Suprapto "Banyugeni"/"Blue Energy".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun