Dalam persepsi kami waktu itu, liburan mestinya keluar dari rutinitas belajar di sekolah dan bekerja di lingkungan keluarga. Misalnya pergi bertamasya ke Kebun Binatang Siantar, Pantai Cermin Serdang Bedagei, dan Bukit Gundaling,Tanah Karo. Itu tempat-tempat tamasya yang kami ketahui waktu itu.
Faktanya, liburan sekolah untuk kami berarti kerja lebih keras membantu orang tua. Itu kan intensifikasi rutinitas kewajiban dalam keluarga. Itu menyebalkan. Lalu apa yang bisa diceritakan?
Mengarang itu mestinya kan wahana demokrasi. Wahana yang membebaskan atau memerdekakan murid menuliskan pikiran- pikiran atau khayal-khayalnya. Karena itu dia tak semestinya dipagari dengan ketentuan judul atau topik khusus.Â
Jika harus tematik, maka mestinya tema karangan harus bersifat terbuka. Barangkali kami akan lebih mudah bagi kami dulu bercerita jika guru menyuruh bikin karangan pengalaman Natal dan Tahun Baru. Sebab kami semua anak Kristiani yang punya cerita sendiri-sendiri tentang hari gembira itu.
Pendekatan otoriter telah menjadikan pelajaran mengarang momok bagi murid. Bukannya merasa terbebaskan, murid justru merasa terkungkung dalam pagar-pagar yang dipancangkan guru. Akibatnya murid menjadi stres, imajinasi dan kreativitasnya tumpul.Â
***
Satu hal perlu disepakati dulu. Pelajaran mengarang mesti disepakati sebagai pelajaran yang bersifat membebaskan atau memerdekakan.Â
Karena itu pelajaran mengarang harus menjadi pengalaman kemerdekaan bagi murid. Tentu saja juga bagi gurunya.
Namun, dalam konteks pemerdekaan itu, pelajaran mengarang secara ketat mesti patuh pada kaidah logika, etika, dan estetika. Hal itu patut digaris-bawahi karena bahasa, produk budaya yang digunakan dalam mengarang, sejatinya taat pada azas-azas logika, etika, dan estetika.
Terkait logika, harus ditegaskan, mengarang itu merupakan optimalisasi pemanfaatan akal sehat. Jika suatu kalimat adalah sebuah pernyataan logis, maka konsekuensinya demikian pulalah paragraf dan keseluruhan isi tulisan.
Bisa dikatakan sebuah karangan adalah produk akal sehat. Karena itu dia semestinya bersifat mencerahkan dan mencerdaskan.