Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

[Poltak #103] Kematian yang Indah

7 Juli 2023   08:47 Diperbarui: 7 Juli 2023   17:44 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi kolase Poltak (Sumber: Dok. Istimewa/kompas.com)

Terbuat dari batang kayu utuh ukuran besar, dan dengan mengambil bentuk dasar ruma bolon  Batak, kedua peti mati itu sudah disiapkan sejak lama. Poltak dulu sempat terheran-heran melihatnya. Sebab tak masuk di akalnya ada orang hidup menyiapkan peti mati untuk dirinya sendiri.

Malam harinya pargonsi, kelompok pemusik gondang Batak,  membunyikan gondang sabangunan.  Pargonsi itu duduk di bonggar, semacam loteng di atas pintu masuk ruma Batak. Tempat pargonsi lebih tinggi dari panortor, karena mereka adalah penyampai doa-doa dalam bentuk musik gondang  kepada Tuhan.

Penatua gereja Katolik Hutabolon menjadi pihak pertama yang meminta gondang dan manortor.  Dengan begitu, gereja merestui dan memberkati seluruh kegiatan adat saurmatua Ompu Panderaja.

Setelah penatua gereja, menyusul dongan tubu dan boru dari keluarga Ompu Panderaja yang  meminta gondang dan manortor. Sekalian menyampaikan kata penghiburan dan tumpak, dukungan materi untuk kegiatan adat saurmatua itu.

Poltak, sebagai cicit pertama Ompu Panderaja, ikut juga manortor.  Sebab wajiblah ditunjukkan kepada khalayak, bahwa Ompu Panderaja sudah gabe, punya banyak anak, cucu, dan cicit.  Dengan cara itu, keturunannya telah memuliakan Ompu Panderaja.

Pada hari ketiga, sebelum diantar ke liang lahat, jenazah suami-istri Ompu Panderaja maralaman. Jenazah dalam peti mati diturunkan dari jabu bona ke halaman rumah.  Maralaman itu menandakan hasangapon, kemuliaan almarhum di hadapan seluruh keturunan, kerabat Dalihan Natolu, para sahabat, dan tetangga sekampung dan desa sekitar.

Gondang bolon sabangunan dibunyikan lagi. Kerabat Dalihan Natolu lengkap, hula-hula, dongan tubu, dan boru  meminta gondang dan manortor untuk terakhir kalinya.

Tiba saatnya hula-hula tulang keluarga besar Ompu Panderaja meminta gondang dan manortor.  Sebab hula-hula tulang, pihak pengambilan isteri untuk Ompu Panderaja doli, wajib mendoakan boru yaitu suami-istri Ompu Panderaja dan keluarga yang ditinggalkan.

Di barisan keluarga besar Ompu Panderaja, sekali lagi Poltak sebagai cicit pertama wajib ikut manortor. Dia berdiri diapit oleh ayah dan ibunya.

“Kenapa Berta ikut manortor?” Poltak bertanya-tanya dalam hati saat melihat Berta, bersama ayah dan ibunya berada di barisan hula-hula tulang.

Poltak terheran-heran sebab tak lazim, tapi juga tidak tabu, anak perempuan kecil ikut manortor di barisan hula-hula tulang. Itu berarti Berta akan ikut berdoa dan memberi berkat untuk dirinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun