Dulu gak dianggap, sekarang diangkat-angkat. Soalnya, apa saja info tentang Putri sekarang bisa mendulang viewers. Dan hukum algoritmanya adalah more viewers more money. Putri Ariani is money. Begitulah industri hiburan kita memandang Putri.
Dalam kasus Putri Ariani, industri hiburan kita hari ini jelas bukan produsen. Tapi konsumen barang jadi. Putri "menjadi" dulu atas jerih-payah sendiri dengan dukungan keluarganya. Setelah "menjadi" (Golden Buzzer AGT), berbagai pihak di industri hiburan tanpa taumalu berebut mencuil manfaat darinya.Â
Wasanakata
Dalam masyarakat Batak ada satu pepatah yang nadanya pedas. Katanya, "Ido bangkoni halak hita. Situnjang naung gadap, sitogu naung jongjong." Artinya, "Begitulah tabiat bangsa kita. Menginjak yang terjerembab, menuntun yang berdiri."
Pepatah itu pantas menjadi renungan bagi kita, khususnya kalangan pemerintah sebagai representasi negara dan pelaku industri hiburan di tanah air. Tak pantas mengelu-elukan Putri Ariani dengan intensi penghargaan semu. Sebab di baliknya ada kepentingan pemetikanmanfaat politis dan ekonomis dari buah jerih-payah seorang anak bangsa di tengah kendala difabilitasnya.
Keberhasilan Putri selayaknya menjadi inspirasi. Inspirasi bagi pemerintah, agar mengambil dan menjslankan kebijakan khusus untuk pengembangan potensi kelompok warga difabel.Â
Kebetulan kini ada program "Merdeka Belajar". Bolehlah kita meminta Mendikbudristek Nadiem Makarim untuk merancang dan menjaankan program "Merdeka Belajar" khusus kelompok anak difabel.
Inspirasi bagi pelaku industri hiburan khususnya musik dalam negeri. Berhentilah bersikap diskriminatif terhadap kaum difabel yang berbakat seni musik. Berhentilah muncuil manfaat dari sukses mandiri individu-individu difabel. Dukunglah mereka untuk meraih impiannya, sejauh secara obyektif hal itu rasional. Jadilah produser yang adil.Â
Kita pernah mengenal para difabel yang berjaya di dunia hiburan. Di aras internasional ada Ray Charles, Stevie Wonder, Jose Feliciano, dan Andrea Bocelli, untuk menyebut beberapa. Di aras nasional pernah ada penyani pop Ramona Purba di era 1980-an dan penyanyi dangdut Asep Irama tahun 1990-an.
Jangan pernah lagi menginjak yang terjerembab tapi menuntun yang berdiri. Masih sangat banyak "Putri" lain yang terjerembab dengan potensinya. Angkatlah dan tuntunlah. (eFTe)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H