Mohon tunggu...
Felix Tani
Felix Tani Mohon Tunggu... Ilmuwan - Sosiolog dan Penutur Kaldera Toba

Memahami peristiwa dan fenomena sosial dari sudut pandang Sosiologi. Berkisah tentang ekologi manusia Kaldera Toba.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kamu Tak Penting di Kompasiana

7 Juni 2023   19:23 Diperbarui: 7 Juni 2023   21:08 674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan layar judul artikel terakhir Ari Budiyanti sebelum rehat di Kompasiana (Dokpri)

"Selamat menikmati masa rehat, bu Ari."

Itu pesan Admin Kompasiana untuk kompasianer Ari Budiyanti. Lewat tulisan "Menulis Tanpa Tangis" (K. 6.6.2023), Mbak Ari menyatakan pamit untuk rehat dari Kompasiana.

Seorang rekan di WAG bilang, "(Komentar Admin) Sadis banget, ya."

Lha, di mana letak sadisnya, sih? Mbak Ari mohon pamit untuk rehat. Lha, wajar saja jika Admin Kompasiana  menyampaikan empatinya, agar Mbak Ari rehat dengan tenang, kan?

Suatu penghargaan juga bila Admin sempat-sempatnya mengucapkan selamat rehat untuk Mbak Ari. Biasanya email, twit, dan WA-nya gak dibalas, lho. Ini, tanpa diminta, Admin kasi komen. Kejutan spesial pake telor itu, kalau dalam dunia pernasi-gorengan.

Barangkali, maksud kawan tadi, bagusnya Admin merayu Mbak Ari agar tidak rehat, gitu? Eh, lu pikir Mbak Ari itu mempan rayuan. Sebagai pemuisi, dia akan menyitir Chairil Anwar, "Tak perlu sedu sedan itu."

Coba saja simak judul artikelnya: "Menulis Tanpa Tangis".  Keren, kan? Jangan pernah berpikir dia penulis cengeng. Selama empat setengah tahun berkompasiana, zonder centang biru, dia sudah menulis 2.569 artikel, mayoritas puisi. Hanya 17 artikel yang diganjar HL.  

Apakah dia pernah menangisi kondisi itu? Tidak! Tapi itu pengakuan dia, sih. Faktanya, hanya dia yang tahu. Kecuali dia curhat juga pada kompasianer Ayah Tuah, ya.  

Tapi memang tak perlu menangis gegara Kompasiana. Apapun perlakuan Admin terhadapmu. Sebab sikap Admin itu ada di luar kendalimu. Jadi, ya, adaptif sajalah.

Jangan pula kau merasa sangat penting di Kompasiana. Sehingga Admin akan merayumu agar tidak ghosting dari Kompasiana.  

Tidak, kamu tidak penting. Kamulah yang mempersepsikan diri sebagai orang penting di Kompasiana. Mungkin karena artikelmu langganan HL, Terpopuler, dan NT.

Semua ada masanya di Kompasiana. Dulu Pak Tjip itu merajai HL di Kompasiana. Sekarang Raja Artikel Pilihan saja, otomatis karena centang biru. Apakah Pak Tjip sedih? Entahlah. Silahkan tanya Bu Roselina.

Atau Mas Susy, sekarang artikelnya nyaris gak pernah HL. Apakah dia sedih? Aku pastikan tidak. Lha, dari dulu juga memang jarang HL kok artikelnya.  Kadang malah dihapus Admin. Ya, tulis ulang lagi.

Atau Acek Rudy. Dulu artikel-artikelnya cukup sering HL. Sekarang jarang banget. Apalah dia sedih atau marah. Ya, gak lah. Salah sendiri jarang nulis sekarang. Sibuk nulis novel thriller yang gak masuk akal.

Apakah Pak Tjip, Mas Susy, Acek Rudy, juga Felix Tani merasa penting di Kompasiana? Sama sekali tidak. 

Jika ada kompasianer yang merasa dirinya penting, maka dia adalah Prov. Pebrianov. Sebab dia berambisi menjadi Admin Kompasiana tahun 2222. Itu ancamnan serius untuk Admin. Untungnya. Prov. Peb sudah ghosting dari Kompasiana. Tapi yang namanya ghost, sewaktu-waktu bisa saja nongol di depan hidungmu, kan?

Pernyataan "kamu tak penting di Kompasiana" itu bukan sinisme. Juga bukan sarkasme. Itu realitas sosial. Tepatnya realitas organisasi sosial.

Dalam teori organisasi sosial dikatakan anggota datang dan pergi tapi organisasi tetap eksis. Begitulah Kompasiana: kompasianer datang dan pergi, tapi Kompasiana tetap eksis. Bahkan bertumbuh. Sekarang anggotanya mungkin sudah mencapai 2.5 juta orang. Sendirian, kamu cuma 0.0004 permil di sini. Ibarat sebutir debu menempel di tumit kaki, kamu gak penting sama sekali.

Kalau begitu, apa yang penting bagi Kompasiana? Ya, pertama, Adminlah. Kedua, iklan pemerkasa, peremaja, pengaya, dan lain-lain yang bikin matamu belalak. Itu sumber uang untuk menghidupi Kompasiana, termasuk untuk K-Rewards yang kamu idamkan itu.

Lha, kan ada uang langganan Kompasiana Premium Rp 25.000 per bulan per kompasianer. Eh, asal tahu saja, cuma sedikit kompasianer yang sudi melanggan Premium. Mayoritas gak sudi kehilangan kesempatan menikmati iklan-iklan yang nganu itu.

Karena itu jangan pernah protes iklan. Dia lebih penting ketimbang dirimu. 

Tersinggung? Ngadu sana ke Admin! Sambil berdoa semoga ditanggapi. (eFTe)

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun